Setelah melalui perjalanan panjang melintasi padang pasir yang tandus, berminggu-minggu lamanya, lelaki berpakaian sederhana namun penuh wibawa itu akhirnya tiba di sebuah bukit di tepi kota. Ia datang mengendarai unta disertai seorang pengawal yang juga menjadi penunjuk jalan. Sepanjang perjalanan menempuh ratusan kilometer , mereka secara bergantian menungganginya. Karena pakaian keduanya sederhana, sulit untuk membedakan yang mana tuan yang mana pengawal.
Dari bukit ini, pemandangan ke sekeliling terlihat amat menakjubkan. Menyajikan sebuah pemandangan yang menghadap ke pusat kota yang selama berabad-abad lamanya, seiring pergantian kekuasaan, selalu saja diperebutkan dan ditaklukan oleh bangsa-bangsa besar yang paling berpengaruh di muka bumi. Dari Babilonia, Persia hingga Bizantium Romawi.
Pemandangan ke arah Kota Yerussalem
|
Dari bukit ini, pemandangan ke sekeliling terlihat amat menakjubkan. Menyajikan sebuah pemandangan yang menghadap ke pusat kota yang selama berabad-abad lamanya, seiring pergantian kekuasaan, selalu saja diperebutkan dan ditaklukan oleh bangsa-bangsa besar yang paling berpengaruh di muka bumi. Dari Babilonia, Persia hingga Bizantium Romawi.
Saat memandang dari atas bukit, lelaki berwibawa itu menghela nafas sambil berkali-kali mengucap lafaz kebesaran-Nya, kalimah takbir yang biasa ia gaungkan berkali-kali sehari semalam dalam salatnya. Allahu Akbar…. Allahu Akbar…Allahu Akbar... berkali-kali ia bertakbir, memuji kebesaran dan keaguangan-Nya. Karena peristiwa bersejarah inilah, orang-orang sesudahnya menamakan bukit ini dengan nama Jabbal Mukabbir.
Dari bukit yang hijau itu, matanya yang tajam setajam mata elang, menatap lekat kepada kota yang kini telah ditaklukkan oleh pasukannya. Pasukan yang dipimpin oleh seorang panglima perang terkenal yang dijuluki oleh Rosululloh Sollallohualaihiwasallam sebagai Pedang Allah, Khalid bin Walid. Pasukan yang merebut kota dengan damai, tanpa ada pembantaian, tanpa ada pembunuhan kepada orang-orang tak berdosa seperti ketika kota ini ditaklukkan oleh bangsa-bangsa sebelumnya.
Ya, sebelum kota ini ditaklukkan Pasukan Khalid, wilayah yang berada dalam kekuasaan Romawi Bizantium itu pernah ditaklukkan oleh Babilonia yang merusak dan meluluhlantakkan situs peninggalan Nabi Sulaiman yang disebut Bait Suci oleh umat Yahudi dan membunuh warga kota tak berdosa. Setelah itu, kota ini ditaklukkan Persia dimana terjadi pembantaian massal terhadap masyarakat sipil. Peristiwa serupa terulang beratus tahun kemudian ketika kota ini ditaklukkan pasukan salib pada tahun 1099 M. Ribuan orang meregang nyawa dibantai di dalam Kompleks Masjid Al Aqso.
Ketika saya dan rombongan peziarah tiba di atas Bukit Jabbal Mukabbir, suasana terasa begitu tenang dan lengang. Langit bersih membiru dengan pemandangan di hadapan indah terbentang. Bangunan-bangunan seragam berwarna putih kotak mencuat dari permukaan bagai kotak dadu yang disusun berurutan.
Perlahan saya mengedarkan pandangan, seakan ingin mereka ulang adegan seorang pria tegap berwibawa yang dulu menggemakan takbir di bukit ini. 1382 tahun yang lalu. Betapa haru itu menyeruak di dada tatkala kisah agungnya bercerita bahwa ia memasuki kota dengan berjalan kaki seraya memegangi alas kaki. Sementara sang pengawal berada di atas unta tunggangannya. Ia berjalan kaki karena sedang bukan gilirannya untuk naik unta, meskipun sang pengawal menginginkan agar pemimpin terhormat ini memasuki kota dengan kondisi naik unta, dengan tegas ia menolak. Betapa mulia sifat dan perbuatannya.
Saya membayangkan perasaan lelaki mulia ini. Betapa dadanya penuh syukur karena ia baru saja tiba di negeri yang terberkati, dimana telah berlalu seiring berjalannya waktu, dari negeri ini silih berganti lahir dan hadir para imam, para pemimpin, para pembawa pesan, para hakim, para penyampai keadilan. Para wakil tuhan di muka bumi. Itulah Negeri Baitul Maqdis. Negerinya Para Nabi yang kini Israel mengganti namanya menjadi Yerussalem, Negeri dimana pada zaman lelaki mulia ini berkuasa bernama Aelia.
Tahun itu 637 M, Setelah mencapai tengah kota, Lelaki berwibawa itu lantas bertemu dengan seorang pendeta yang bernama Sophronius yang mewakili Bizantium. Ia menjabat sebagai kepala gereja Kristen di Yerussalem dimana seluruh wilayah ini berada di bawah tanggung jawabnya. Ketika pasukan Islam mengepung kota suci tersebut, Sophronius menolak menyerahkan kunci gerbang kota kepada pasukan Khalid kecuali jika pemimpin mereka, seorang Khalifah yang mashur yang berada di Madinah sana, datang langsung menerima penyerahan kunci darinya.¹
Padatnya Kota Yerusalem |
Dari bukit yang hijau itu, matanya yang tajam setajam mata elang, menatap lekat kepada kota yang kini telah ditaklukkan oleh pasukannya. Pasukan yang dipimpin oleh seorang panglima perang terkenal yang dijuluki oleh Rosululloh Sollallohualaihiwasallam sebagai Pedang Allah, Khalid bin Walid. Pasukan yang merebut kota dengan damai, tanpa ada pembantaian, tanpa ada pembunuhan kepada orang-orang tak berdosa seperti ketika kota ini ditaklukkan oleh bangsa-bangsa sebelumnya.
Ya, sebelum kota ini ditaklukkan Pasukan Khalid, wilayah yang berada dalam kekuasaan Romawi Bizantium itu pernah ditaklukkan oleh Babilonia yang merusak dan meluluhlantakkan situs peninggalan Nabi Sulaiman yang disebut Bait Suci oleh umat Yahudi dan membunuh warga kota tak berdosa. Setelah itu, kota ini ditaklukkan Persia dimana terjadi pembantaian massal terhadap masyarakat sipil. Peristiwa serupa terulang beratus tahun kemudian ketika kota ini ditaklukkan pasukan salib pada tahun 1099 M. Ribuan orang meregang nyawa dibantai di dalam Kompleks Masjid Al Aqso.
Ketika saya dan rombongan peziarah tiba di atas Bukit Jabbal Mukabbir, suasana terasa begitu tenang dan lengang. Langit bersih membiru dengan pemandangan di hadapan indah terbentang. Bangunan-bangunan seragam berwarna putih kotak mencuat dari permukaan bagai kotak dadu yang disusun berurutan.
Perlahan saya mengedarkan pandangan, seakan ingin mereka ulang adegan seorang pria tegap berwibawa yang dulu menggemakan takbir di bukit ini. 1382 tahun yang lalu. Betapa haru itu menyeruak di dada tatkala kisah agungnya bercerita bahwa ia memasuki kota dengan berjalan kaki seraya memegangi alas kaki. Sementara sang pengawal berada di atas unta tunggangannya. Ia berjalan kaki karena sedang bukan gilirannya untuk naik unta, meskipun sang pengawal menginginkan agar pemimpin terhormat ini memasuki kota dengan kondisi naik unta, dengan tegas ia menolak. Betapa mulia sifat dan perbuatannya.
Saya membayangkan perasaan lelaki mulia ini. Betapa dadanya penuh syukur karena ia baru saja tiba di negeri yang terberkati, dimana telah berlalu seiring berjalannya waktu, dari negeri ini silih berganti lahir dan hadir para imam, para pemimpin, para pembawa pesan, para hakim, para penyampai keadilan. Para wakil tuhan di muka bumi. Itulah Negeri Baitul Maqdis. Negerinya Para Nabi yang kini Israel mengganti namanya menjadi Yerussalem, Negeri dimana pada zaman lelaki mulia ini berkuasa bernama Aelia.
Tahun itu 637 M, Setelah mencapai tengah kota, Lelaki berwibawa itu lantas bertemu dengan seorang pendeta yang bernama Sophronius yang mewakili Bizantium. Ia menjabat sebagai kepala gereja Kristen di Yerussalem dimana seluruh wilayah ini berada di bawah tanggung jawabnya. Ketika pasukan Islam mengepung kota suci tersebut, Sophronius menolak menyerahkan kunci gerbang kota kepada pasukan Khalid kecuali jika pemimpin mereka, seorang Khalifah yang mashur yang berada di Madinah sana, datang langsung menerima penyerahan kunci darinya.¹
Maka di sanalah ia sekarang. Berangkat dengan menunggangi unta dari Madinah dan bergantian dengan pengawalnya. Sang Khalifah berangkat dengan hanya ditemani satu orang pengawal saja. Tanpa pasukan tanpa iring-iringan dan baju kebesaran. Padahal, kekuasaannya telah hampir meliputi seperempat wilayah muka bumi dimana ia bisa saja mengerahkan ribuan pasukan untuk menemani.
Sophronius benar-benar merasa terkesan dan kagum dengan sosok pemimpin muslim satu ini. Salah seorang yang paling berkuasa di muka bumi kala itu, hanya menyandang pakaian sederhana yang tidak jauh berbeda dengan pengawalnya.
Dari pertemuan kedua pemimpin ini, lahirlah piagam yang cerlang hingga ratusan tahun kemudian. Dikenang dan diabadikan sebagai sebuah kesepakatan damai antar umat beragama. Kesepakatan tertulis yang ditandatangani keduanya dan masih tersimpan di Gereja Makam Suci Yerusalem. Karena kesepakatan inilah, maka selama 462 tahun wilayah ini aman dan tenteram dengan jaminan keamanan terhadap kelompok minoritas hingga akhirnya pada tahun 1099 pasukan salib datang menyerbu hingga ribuan orang meregang nyawa dibantai di dalam Kompleks Masjid Al Aqso.
Siapakah lelaki yang saya ceritakan di atas? Dialah Umar bin Khattab. Sang Singa Gurun. Seorang sahabat Rosululloh yang mulia yang karenanya, kehidupan umat beragama di sana berjalan harmonis selama ratusan tahun. Dialah seorang ahli Hukum Islam yang dikenal karena sifat saleh dan adil hingga mendapat julukan Al-Farooq yang bermakna orang yang dapat membedakannya antara benar dan salah.
Zuhur telah tiba, Sang pendeta mempersilahkan Umar bin Khattab untuk sholat zuhur di dalam gereja. Namun ia menolak, ia khawatir kaum muslimin yang baru saja berkuasa akan semena-mena dengan mengubah gereja tersebut menjadi masjid karena ia pernah salat di sana. Umar lantas bergerak menuju halaman samping gereja dan melaksanakan salat zuhur di sana. Seperti dugaan sebelumnya, kaum muslim lantas membangunkan masjid di lokasi dimana ia melaksanakan Salat Zuhur. Mereka lantas menamakan masjid tersebut dengan nama Masjid Umar.
Beliau meninggal pada tahun 644 M karena ditikam oleh seorang budak Persia bernama Piruz Nahavandi atau dikenal dengan nama Abu Lu’lu, saat beliau sedang melaksanakan sholat. Lelaki kuat, tangguh dan berwibawa itu pun akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya tiga hari kemudian yakni pada hari Rabu, 3 November 644 (26 Zulhijjah tahun 23).²
Sebenarnya saya dan rombongan betah berada di sini. Udara sejuk namun cerah berpadu dengan langit yang biru sungguh pemandangan yang membuat siapa saja ingin berlama-lama di sana. Namun masih banyak tempat lainnya yang harus kami kunjungi seperti Masjid Salman Al Farisi, Makam Rabiah Al Adawiyah, Tembok Ratapan Bangsa Yahudi dan lainnya.
Saya sedang duduk di bangku di atas bukit Jabbal Mukabbir |
Sebenarnya saya dan rombongan betah berada di sini. Udara sejuk namun cerah berpadu dengan langit yang biru sungguh pemandangan yang membuat siapa saja ingin berlama-lama di sana. Namun masih banyak tempat lainnya yang harus kami kunjungi seperti Masjid Salman Al Farisi, Makam Rabiah Al Adawiyah, Tembok Ratapan Bangsa Yahudi dan lainnya.
Tulisan tentang kisah perjalanan saya berziarah ke Negeri Para Nabi ini bisa dibaca di tulisan-tulisan ini:
Referensi:
1. https://kisahmuslim.com/3825-pembebasan-jerusalem-di-masa-umar-bin-khattab.ht
1. https://kisahmuslim.com/3825-pembebasan-jerusalem-di-masa-umar-bin-khattab.ht
2. https://en.wikipedia.org/wiki/Umar.
Senang kalau mendengar kisah sahabat nabi secara detail. Termasuk kisah heroik seperti Sahabat Nabi Umar bin Khattab ini...
BalasHapusSemoga berkesempatan lagi menginjakkan kaki di tempat suci, lalu mendapat kisah yang selalu menginspirasi.
Aamiin, iya banget nih. Paling suka baca cerita teman yang langsung berziarah ke tempat-tempat bersejarah bagi umat Islam. Semoga aku juga kelak bisa ke sana juga
HapusHalo mba Lina. Ziarah ke tempat yang penuh nilai keagaamaan seperti ini, mengingatkanku untuk tidak lupakan sejarah perjuangan islamm. Smoga suatu saat aku bisa mengikuti jejak ziarah ke berbagai tempat ini
BalasHapusBagus banget pemandangannya. MasyaAllah.
BalasHapusBtw zaman dlu pun, umar bin khattab sudah banyak yg mengagumi karakter beliau. Dan rasa kagum akan beliau masih tersa sampai saat ini.
Buanyaaakk destinasi menarik yg bisa kita kunjungi di Yerussalem ya Mba
BalasHapusSemoga ini semua kian mendekatkan kita dgn cinta pada Sang Pencipta
MasyaAllah.... selalu tergugah dgn kisah Rasul dan para sahabatnya
--bukanbocahbiasa(dot)com--
Kisah perjalanan sahabat bisa 'dijemput' lagi kenangan dengan mengunjungi tempat ini ya. MasyaAllah,, semoga ketenangan suasannya di sana tetap seperti yang di foto, DAMAI.
BalasHapusUmar bin khattab. Khalifah perkasa yang sangat mencintai Allah dan Rasulullah. Selalu tergetar hati ini saat membaca kisah2 kepahlawanannya
BalasHapusMasyaallah, bahagianya pernah menjejak ke situs bersejarah sambil mengenang kisah-kisah perjuangan Sang Singa Gurun tercinta, Umar bin Khattab. Saya ingin banget wisata sejarah Islam, semoga kesampean. aamiin
BalasHapusIndah sekali bukit hijau itu. Kalau melihat pemandanagn seperti itu, pasti teringat keagungan Sang Pencipta. Pengin ke Yerusalem, suatu saat semoga bisa ke sana.
BalasHapusPemandangannya indah ya kak.. meskipun padat sekali kotanya tapi gak kelihatan kumuh.. Aku bakal betah juga kayaknya kalo bersantai di bukit itu.. apalagi udaranya sejuk..
BalasHapusWahhh...Yerussalem padat juga, ya. Asyik banget itu backgroun pemandangan dari tempat Mbak Lina berfoto. Aku terpikat pada hijauan di sisi kiri. vegetasinya amat khas.
BalasHapusAlhamdulillaah sudah bertualan ke negeri para Rasul Allah. pastinya rasa haru dan goosebump ya, rasanya ikut merasakan apa yang diceritakan di kitab-kitab.
BalasHapusuntuk Yerusalem ini aku kok kudet ya, jadinya Khalifah Umar menuju halaman samping gereja dan melaksanakan salat zuhur di sana? Masya Allah betapa bijaknya beliau. Semoga Allah swt berkenan memberikan syurga tertinggi amiiin yra
masha Allah... aku kalo ada di sana juga pengen berlama2 menikmati pemandangan indah dan merenungi kisah napak tilasnya. selalu kagum dengan umar bin khattab sahabat rasul
BalasHapusAllohuakbar masyalloh, keren banget mbak viewnya.
BalasHapusBeruntungnya mbak bisa kesana.. Wisata religi yang mengesankan pasti ini..
Walopun gak banyak pemandangan hijau, tapi bagus banget ya viwe kota Yerussalem ini. Semoga bisa seperti Mbak Lina, berkesempatan menjejak tanah yang bersejarah bagi orang muslim di dunia.
BalasHapusSeneng banget pasti ya bisa berkunjung ke tempat-tempat sejarah Islam semoga saya juga bisa kesana secepatnya. Btw menarik banget ya Yerussalem , padat juga ya disana.
BalasHapusMashaAllah mbak, selama ini cerita tentang khalifar Umar bin khattab hanya di buku sejarah islam SD saja, tapi sekarang saya barusaja belajar sejarah tentangk khalifah umar bin khattab melalui tulisan blog mba dan dengan visualisasi yang sebenarnya di masa sekarang.. langsung terharu dan ingin rasanya bisa berkunjung ke yerusalem juga..
BalasHapusMbaa, aku juga penasaran dengan pengalaman berkunjung ke tembok ratapan Yahudi. Pernah dengar sih tapi belum paham sejarahnya. DItunggu ya tulisannya :)
BalasHapusEnak banget mbak cerita tentang Umar bin Khattab-nya. Aku sendiri jarang banget baca cerita cerita sejarah islam, jadi kalau ada cerita singkat gini aku senang banget karena menambah pengetahuan banget
BalasHapusLuar biasa pemandangan yang disuguhkan. Someday pengen banget bisa ke Yerussalem.
BalasHapusMenarik kisahnya mba, cerita seperti ini apakah didapat dari tour guide saat di sana juga mba?
Kalo ke Yerussalem itu visanya gmn mba? Susah ga?
Seneng baca cerita sejarah islam seperti ini, ringan tapi langsung paham dan nambah pengetahuan banget. Makasih sharingnya mbak
BalasHapusUdah lama pengen baca buku tentang Khalid bin Walid. Beberapa kali baca penggalan kisah beliau dan selalu membuat kagum.
BalasHapusSubhanallah mbak, takjub rasanya membaca perjalanan mbak Lina ke Yerusalem. Banyak situs sejarah yang bisa dikunjungi dan dipelajari. Dan pemandangan yang disuguhkan ini lho sangat luar biasa....bikin takjub.
BalasHapusBaru kali ini aq baca blog travel yang isinya seperti membaca novel dan aku suka sekali dengan sentuhan sejarah religi nya, sprti itu membayangkan bagaimana pejuang di masa khalifah dengan damai menduduki sebuah wilayah. Senang sekali mba bisa berkunjung ke sana, smga suatu hr nanti q jg bisa memiliki kesempatan yang sama
BalasHapusMasya Allah Mbak, pasti senang sekali ya, bisa melihat langsung jejak sejarah dari Umar bin Khattab. Nama besar yang selalu menjadi kekaguman semua orang
BalasHapusSuch an incredible experience and for sure unforgettable. I sincerely wish I have the same privilege and opportunity to visit this historical places like the one you have mentioned here
BalasHapusMasyaAllah mbak, baca artikel ini membuat saya serasa di ajak duduk di dekat mbak sambil memandangi kota Yerusalem yang padat tapi cantik dari kejauhan ya mbak.
BalasHapussemakin aku merindu ke sana mbak. doakan aku bisa melangkah ke sana juga ya mbak seperti dirimu. aamiin
Sembari baca tulisan kak Lina, aku pun berdoa...
BalasHapusSemoga kejayaan Islam bangkit kembali.
Betapa berilmunya para sahabat, tabi'in dan tabi'ut tabi'in...yang dengan ilmu tersebut menjadikan Islam terlihat indah dan agama yang penuh kasih.
Sejarah Islam itu indah.
HapusDan yakin bahwa kebangkitan dan kejayaan Islam akan terulang lagi.
Allahu Akbar!
Masha Allah.. mau juga denk ke bukit jabbal mukabbirnya. ceritanya bagus dan menyentuh. Bikin inget Allah selalu.. :)
BalasHapusAk takjub kak.. Liat tempat nya ini bukit Jabbal Mukabbir bagus banget ya indah.. Pengen gitu suatu saat nanti bisa berkunjung kesana juga...
BalasHapusAku suka nih baca artikel bersambung tentang perjalanan ziarah mba Lina di jazirah Arab. Seakan ikut berada di sana, merasakan aura gurun yang gersang namun malah nggak bikin berkeringat. Semoga masih berlanjut ya mba
BalasHapusKisah Umar bin Khattab ini aku baca sejak masih usia SD. Karena sekolah Islam, jadi ada banyak buku di perpustakaan sekolah yang isinya kisah para Rasul dan sahabat Rasulullah
HapusGaya bertutur Teh Lina tentang kisah Umar bin Khattab bikin saya seakan merasakan gema dari kepahlawanan yang menggetarkan.
BalasHapusSaya tidak tahu ada semacam kesan tertentu dari perjalanan panjang Umar ke Palestina.
Kisah semacam ini harus dibaca oleh anak saya juga agar punya rasa cinta kepada Nabi Muhammad Saw dan para sahabatnya.
Kota yang sejuk terapi cerah membuat saya penasaran ingin menyambanginya juga.
Perjalanan religi selalu memuat cerita yg mendalam. Semoga suatu saat aku bisa mengikuti jejak ziarah ke tempat ini ya mba aamiin
BalasHapusAku seneng lho mengikuti beberapa artikel Mb Lina yang berkaitan dengan sejarah keislaman. Jadi tau banyak tentang Khalid bin Walid, Umar bin Khatab dll
BalasHapusYerusalem...semoga suatu saat bisa juga sampai ke sana. Sekarang baru dengar2 ceritanya saja hehehhe
BalasHapusWah jadi tahu sejarah tentang Bukit Jabbal Mukabbir dan pemandangannya di sana bagusnya ya. Entah kapan nih saya bisa berziarah juga ke Yerusalem
BalasHapusMasya Allah, saya baca cerita Mba Lina ini seolah ikut berada dimasa Khalid bin Walid. Itu pesona Yerusalem dari atas Jabbal Mukabir keren banget ya. Jadi makin mupeng kesana deh.
BalasHapusMasyaaaAllah mba, aku baca tulisanmu tentang Sahabat Rasullulah, Umar Bin Khattab gak terasa air mata ini menetes, gak pantas rasanya diri ini disebut muslim sedangkan yang diperjuangankan gak ada setetesnya keringat para sahabat. rindu ya mba pemimpin seperti para Rasulullah, para sahabat, dan khalifah lainnya.
BalasHapusMasyaAllah mbak, aku jadi ikut terhanyut dalam alur ceritamu mbak, jadi pengen deh terus ada di dalam cerita agar bisa ke sana. Tanah para nabi
BalasHapusBerasa ikut jalan-jalan kalau baca tulisan travelling mba Lina.
BalasHapusKomplit, pakai telur!
Hihihi...
Hanyut aku, bagus banget ceritanya, masyaallah. Benar-benar indah akhlak sahabat Nabi ini. Jadi pengin mengulang baca lagi beberapa artikel perjalananmu ke Yerusalem, Mbak. Bagus dan jadi nambah pengetahuanku. Btw, selamat ya, ditunggu ceritanya di Garut.
BalasHapusPemandangannya bagus banget, sudut pandangnya lapang banget ya... Makasih sharingnya... Baca kisahnya menarik dan bikin hati bergetar membayangkan kejayaan Islam pada masa itu...
BalasHapusMasya Allah saya fokus ke Khalifah Umar bin Khattab yang menolak sholat Zuhur di gereeja karena khawatir kaum muslimin yang baru saja berkuasa akan semena-mena dengan mengubah gereja tersebut menjadi masjid karena Beliau pernah salat di sana. Sungguh membaca kisah-kisah begini bikin kita terharu dan rindu ingin menziarahi tempatnya
BalasHapusSubhanallah ini indah sekali. Dan pengelamannya luar biasa banget teh. Aku tuh jadi pengen mengukirkan jejak disana juga
BalasHapusIndah banget ini, Mba :')
BalasHapusKeren mba. Aku harus baca banyak sejarah Islam lebih banyak nih.
BalasHapusMasyaaAllah, baru baca artikel ini aja, dada rasanya udah bergemuruh ya mbakk, merindukan seorang khalifah dambaan umat seperti Rasulullah dan para khulafaur Rasyidin seperti Umar bin Khattab. InsyaaAllah kejayaan Islam kian dekat kalau umatnya tak melupakan sejarah. Krn sejarah dlm Islam bukan hanya dongeng dan masa lampau. Ia pelajaran dan petunjuk. Semoga next bs langsung menjejak disana, aamiin
BalasHapus