Masjid Ibrahim terletak di kota Hebron Palestina. Kota ini jaraknya sekitar 30 kilometer dari selatan Al Quds (Yerussalem). Sebagaimana kita ketahui bahwa Al Quds adalah kota ketiga tersuci umat Islam setelah Makkah (Mekah) dan Madinah. Maka Hebron dianggap sebagai kota suci umat Islam yang keempat setelah Al Quds.
Masjid Ibrahim dilihat dari sisi kanan masjid. Bagian pintu lainnya tidak bisa dimasuki oleh muslim karena dijaga tentara Israel |
Kami berziarah ke Masjid Nabi Ibrahim setelah
sebelumnya mengunjungi Masjid Nabi Yunus yang terletak di kota yang sama. Saat
dalam perjalanan dari Masjid Nabi Yunus ke Masjid Nabi Ibrahim, kami diajak mampir
mengunjungi sebuah toko yang menjual berbagai macam kerajinan dan cendera mata.
Menurut yang punya toko, kerajinan-kerajinan ini dibuat oleh orang-orang
Palestina dan dijual di sini untuk membantu penghidupan mereka. Dengan
menjualnya di sini, mereka tetap bisa memproduksi dan berpenghasilan. Sehingga
dengan membelinya, secara tidak langsung kami dapat membantu agar mereka tetap bertahan
hidup. Ada banyak kerajinan yang dijual seperti figura, kaligrafi, tasbih dan
kerajinan unik dari kerang laut yang dibuat oleh penduduk Gaza.
Sebagai bentuk dukungan bagi masyarakat Gaza,
beberapa teman pun membeli barang cendera mata tersebut sementara saya tidak
membeli apa-apa karena tidak sempat menukar uang ke shekkel Israel atau dollar
Amerika. Hanya ada rupiah di dompet yang tentu tidak laku di sini. Selesai berbelanja barang cendera
mata, kendaraan kami pun meluncur menuju Masjid Ibrahim.
Ketika tiba di pemukiman sekitar masjid,
pemandangan yang terlihat sungguh membuat hati miris. Puluhan warga yang
sebagian besar anak-anak, sedang antri masuk menuju masjid sambil membawa
dirigen atau wadah kosong. Mereka antri di depan pintu otomatis berpalang besi yang
mempunyai CCTV serta lampu penanda boleh masuk tidaknya seperti di simpang lampu
merah.
Antrian warga Hebron menunggu pintu jeruji besi menuju Masjid terbuka |
Saya sempat terheran-heran, mengapa warga
antri dengan membawa dirigen kosong. Apa mungkin mereka kehabisan air bersih
dan hendak mengambil air dari kran-kran yang ada di tempat wudu? Entahlah.
Pertanyaan itu tidak sempat kami utarakan kepada mereka. Karena kami juga
segera masuk ke dalam antrian untuk menunggu giliran.
Tidak sembarangan orang dapat masuk ke masjid
ini. Ada penjagaan ketat oleh tentara Israel. Ada 2 penjagaan berlapis atau
check point yang dilengkapi metal detector sampai akhirnya kami dapat masuk ke
pintu samping masjid Ibrahim.
Pintu masuk ke masjid |
Menurut sejarah, pada awalnya lokasi ini
adalah gua yang dibeli oleh Nabi Ibrahim untuk dijadikan makam istrinya yang
bernama Sarah. Kemudian ketika Nabi Ibrahim wafat, ia juga dimakamkan di sana.
Begitu pun anak menantu serta cucu Nabi Ibrahim. Dengan begitu, di dalam
gua tersebut terdapat 6 makam para nabi beserta istrinya. Yakni Makam Nabi Ibrahim beserta Sarah, Makam Nabi Ishak (Isaac) beserta
istrinya, Ribka/Rifqa (Rebecca) dan
makam Nabi Ya’kub (Jacoob) beserta istrinya, Liya (Leah). Sebagian orang lagi mengklaim
bahwa makam Nabi Yusuf (Joseph) anak dari Nabi Ya’kub juga berada tempat ini.
Namun ada yang mengatakan bahwa makam Nabi Yusuf terletak di Nablus, bukan di
tempat ini.
Makam Siti Sarah, Istri Nabi Ibrahim |
Di atas gua, berdiri sebuah bangunan persegi
panjang besar yang berasal dari zaman Herodian. Orang-orang Kristen Bizantium
mengambil alih tempat ini dan membangun sebuah Basilika. Setelah penaklukan
wilayah Hebron oleh Kaum Muslim, bangunan tersebut diubah menjadi Masjid dan
diberi nama Masjid Ibrahim.
Pada pergulingan kekuasaan selanjutnya, kompleks makam ini diambil alih oleh
Tentara Salib pada tahun 1100 M di bawah kepemimpinan Godfrey of Bouillon.
Tempat tersebut dikenal sebagai Kastil St. Abraham. Namun ketika kekuasaan
Bizantium terkalahkan oleh pasukan Muslim, lokasi ini direbut kembali oleh tentara Muslim yang dipimpin oleh Salahudin Al
Ayyubi pada tahun 1188. Kemudian diubah kembali menjadi Masjid Ibrahim
namun orang Kristen masih
diizinkan untuk beribadah di sana. Salahuddin juga menambahkan menara di setiap
sudut dan juga menambahkan mimbar.
Lambang yang dijadikan sebagai makam Nabi Ibrahim. Sementara jasadnya dipercaya berada di goa di bawah masjid ini |
Masjid
Ibrahim mempunyai luas sekitar 5.000 meter persegi. Pada tahun 1967,
dimana Israel menyerang Al Quds dan wilayah Hebron, Israel mengambil kendali
atas Masjid Ibrahim dan membelah menjadi dua bagian masjid. 65% menjadi milik
Yahudi dan dijadikan sinagog sedangkan sisanya (35%) masih menjadi masjid.Wilayah
makam Nabi Ibrahim, Sarah, Nabi Ishak dan Rifqa menjadi wilayah bagian muslim,
sedangkan makam Nabi Ya’kub dan Leah menjadi bagian Yahudi. Kedua bagian ini
dipisahkan oleh dinding seperti kayu.
Wilayah Masjid Ibrahim dianggap oleh orang
Yahudi sebagai tempat tersuci kedua di dunia setelah Kuil Solomon (yang kini
hanya tersisa sebuah dinding atau yang populer disebut sebagai tembok/dinding ratapan). Dinding ini terletak
di sekitar Masjidil Aqso. Maka tak heran jika begitu banyak peziarah dari kaum
Yahudi yang datang ke Goa Nabi Ibrahim. Mereka menyebut lokasi ini sebagai The Cave
of the Patriarchs/Cave of Machpelah atau Gua Para Leluhur. Goa ini bisa diintip dari lantai
Masjid Ibrahim melalui sebuah lubang. Setiap jamaah yang datang bisa
melihat sedikit seperti apa di dalam goa, dimana di sana terdapat beberapa
lampu kecil sebagai penerangan.
Mengintip ke dalam goa bawah masjid |
Pada setiap 10 hari dalam setahun, kedua
bagian masjid akan dibebaskan untuk masing-masing pemeluk agama baik Yahudi
maupun Islam. Yakni pada hari-hari besar keagamaan. 10 hari untuk umat Islam
dan 10 hari untuk umat Yahudi.
Pada 25 Februari 1994, tepat di Bulan Ramadan ketika orang-orang sedang melaksanakan sholat, terjadi pembantaian di Masjid Ibrahim, dimana seorang Yahudi Ortodoks Israel kelahiran Amerika Serikat bernama Baruch Goldstein membunuh 29 Muslim Palestina serta melukai 125 lainnya dengan menggunakan senjata api. Beberapa lubang peluru masih dapat kami saksikan di dinding.
Pada 25 Februari 1994, tepat di Bulan Ramadan ketika orang-orang sedang melaksanakan sholat, terjadi pembantaian di Masjid Ibrahim, dimana seorang Yahudi Ortodoks Israel kelahiran Amerika Serikat bernama Baruch Goldstein membunuh 29 Muslim Palestina serta melukai 125 lainnya dengan menggunakan senjata api. Beberapa lubang peluru masih dapat kami saksikan di dinding.
Sungguh
sebuah peristiwa kelam, pembantaian umat Islam yang sangat kejam. Namun apalah daya umat muslim di sana. Kepada siapa
mereka hendak mengadu sementara para pemimpin muslim satu pun tidak ada yang perduli.
Jika mengingat ini, saya merindukan suatu masa seperti masa kepemimpinan Umar bin Abdul Aziz. Dimana ada satu orang saja muslim tertawan di luar wilayah kekuasaannya, beliau langsung mengirim utusan dan mengancam akan mengerahkan pasukan yang hulunya di istana raja yang menawan Si Muslim dan ekor pasukan ini akan berada di tempat ia berpijak saat itu. Ancaman yang membuat gentar si Raja dan langsung membebaskan Si Muslim dengan menyelimutkan jubah kebesaran raja ke tubuh Si Muslim.
Jika mengingat ini, saya merindukan suatu masa seperti masa kepemimpinan Umar bin Abdul Aziz. Dimana ada satu orang saja muslim tertawan di luar wilayah kekuasaannya, beliau langsung mengirim utusan dan mengancam akan mengerahkan pasukan yang hulunya di istana raja yang menawan Si Muslim dan ekor pasukan ini akan berada di tempat ia berpijak saat itu. Ancaman yang membuat gentar si Raja dan langsung membebaskan Si Muslim dengan menyelimutkan jubah kebesaran raja ke tubuh Si Muslim.
Jadi jasadnya ini ada di bawah goa nih ya Mbak. Saya kira nggak ada di dalam goa
BalasHapusAlhamdulillah yah kka suatu karunia yang luar biasa bisa mengunjungi tempat bersejarah ini, walaupun hati miris melihat kondisi dan situasi saudr2 kt yg di sana yg msh dalam jajahan org2 Israel
BalasHapusSubhanallah Mbak bisa berziarah ke masjid Nabi Ibrahim yang ada di Palestina ini
BalasHapusWah saya jadi pingin nih berziarah ke Kota Palestina ini juga.
BalasHapusSejarah masjidnya luar biasa ya. Sampai pada akhirnya bisa dipakai untuk berdoa 2 agama.
BalasHapusMegah dan terlihat nyaman banget tempatnya.
Baru tahu kalau Nabi Ibrahim, istri serta anaknya juga dimakamkan di situ
Anakku pengin banget ke Palestina, Mba.
BalasHapusMungkin kapan2 Mba bisa share tips apabila mengajak anak remaja (13 thn) ziarah ke kota ini ya
Makasiiii
--bukanbocahbiasa(dot)com--
Berkah banget dirimu dapat ziarah kemari, Teh. Duh...merinding eyke. Ini sekian kalinya aku baca seri ziarah nabi-nabi di blog ini. Mupeeeng tiada tara. Semoga suatu saat ALlah izinkan aku juga kesana.
BalasHapusWisata relgi yang luar biasa, bisa mengunjungi makam Nabi Ibrahim, lalu dijaga Israel pula. Rada merinding kalau denger kata "Israel"
BalasHapusNangis saya mbak baca bagian akhirnya, pembantaian umat muslim di bulan Ramadhan. Semoga kedamaian selalu ada di sana ya, walau cuma dapat bagian 35%, semoga umat muslim di sana bisa melaksanakan ibadah dengan tenang
BalasHapuspengalaman yang mendebarkan sepertinya mbak..aku ngbayangin kalo aku ada di sana paling lebih banyak diemnya sambil istighfar...
BalasHapusMenyedihkan itu foto yang di gerbang besi. Untuk masuk ke area masjid saja harus dengan cara seperti itu :'(
BalasHapusAku membayangkan betapa ngerinya sengketa di sana ya Mbak. Semua merasa memiliki. Aku melihat foto-foto ini, rasanya ingin juga menjelajah ke sana, ziarah ke makam para Nabi :)
BalasHapusKondisinya tentu saja sudah sangat beda dengan masa kepemimpinan Umar. Pasukan mana yang akan dikerahkan untuk menyerang Israel di jaman terjadinya pembantaian oleh Baruch itu.
BalasHapusKok jadi ingat novel yg menyertakan Baruch Goldstein ya, setting tempatnya di Skotlandia. Novelnya Kang Abik itu lho mba, aku kok lupa ya judulnya AAC atau bukan ya. ;)
Ya Alloh mba, merinding aku bacanya. Beruntung banget bisa sampai ke Masjid Ibrahim dan bisa melihat sendiri situasi di sana seperti apa.
BalasHapusAlhamdullillah, iya, mba Lina, berkah banget, bisa berziarah ke tempat sejarah seperti ini.
BalasHapusSemoga bisa menyusul, Insya Allah, Insya Allah
Ya Allah nggak mau mbayangin pembunuhan 29 orang muslim di masjid ya mba. Apalagi masih ada sisa peluru di msjid itu :(
BalasHapusMasjid dengan sejarah panjang yang sampai sekarng masih dikunjungi pemeluk kedua agama.
BalasHapusMasalah penembakan kalau diperpanjnag gak akan ada habisnya. Lebih bai di situasi yang cukup terkendali ini semua pihak menahan diri dan saling menghormati.
Pengalaman yang luar biasa, Mbak
Iya mbak, saya ingat banget peristiwa itu, penyerangan masjid Ibrahim di Hebron tahun 94. Ya Allah, ingin rasanya Napak tilas ke sana mbak, membaca ulasan mbak, jadi bertambah rindu ingin ke Palestina, bumi paea nabj
BalasHapusKemarin aku lihat di sebuah biro tour paket ke Palestina separo dari biaya umroh. Semoga kami sekeluarga bisa ziarah kesana. PEngen shalat di Masjid Ibrahim dan Masjidil Aqso. Setelah tahun 2014 kami bisa ibadah haji dan shalat di dua masjid yang wajib dikunjungi umat muslim. Dan sebagai muslim saya hanya bisa mendoakan yang terbaik, agar keluarga-keluarga Palestina diberikan kekuatan menjalani kehidupannya.
BalasHapusMashaAllah~
BalasHapusKita yang Indonesia diberi kemudahan untuk beribadah, seringkalai abai.
Semoga Allah mudahkan saudara-saudara kita yang hidup di Palestina.
Oh iya kak Lina...
Apakah Makam Nabi Ibrahim itu berada di dalam masjid?
Merinding bacanya mbaa.. Semoga suatu saat aku bisa kesini jg. Ziarah ke makam nabi Ibrahim. Entah bagaimana jalannya nanti. Hmm, merinding jg baca insiden2 yg sempat terjadi disana. Huhu
BalasHapusRezeki banget bisa mengunjungi tempat bersejarah bagi umat Islam mbak. Tidak semua orang seberuntung mbak bisa menjejakkan kaki di Masjid Ibrahim.
BalasHapusBarakallah bnget sih mba bisa kesana jd Tau ceritanya nih aku smoga bisa cepat kesana y mba... Melihat dr dekat
BalasHapusAku pengen banget bisa sampai ke Palestina, bumi Syam. Tanah Airnya kaum muslimin. Semoga terwujud segera
BalasHapusMasyaallah beruntung ya Mba bisa ke tempat ini.Setiap menyebut Nabi Ibrahim aku selalu teringat surah Maryam. Moga suatu saat kubisa ke sana, aamiin
BalasHapusdatang ke sini, seolah napak tilas ya mba dengan perjuangan nabi Ibrahim, bisa menambah keimanan juga ya. Btw itu teman2 kompak sekalikalian
BalasHapusMasyallah kapan yah bisa kesini, ke Mekkah aja aku belum pernah pengen merasakannya bareng ibu dan suami
BalasHapus