Perlombaan Gasing di Festival Pulau Penyengat 2016

Gasing merupakan salah satu permainan tradisional suku Melayu. Tiap wilayah punya kekhasan bentuk gasing masing-masing. Ada yang bulat, pipih, lonjong dan lain sebagainya. Biasanya permainan gasing dipertandingkan. Yang menang adalah gasing yang tetap bertahan paling lama berputar di arena pertandingan. 
 
Gasing


Kampung datuk, begitulah saya membaca sekilas sebuah papan tanda di tepi jalan Pulau Penyengat yang sedang saya lalui. Di Sebuah lapangan tak jauh dari jalan itu tampak kerumunan warga seperti sedang menonton sesuatu. Tak ayal membuat hati penasaran. Dan kaki tanpa diperintah telah lebih dahulu melangkah ke sana. 



Seorang remaja tanggung berwajah hitam manis, melilitkan kembali tali yang dipegangnya melingkari gasing. Percobaan yang kedua. Kali ini tak boleh gagal. Dengan sekali hentakan yang melepaskan gasing ke tengah-tengah lapangan permainan, ia memasang kuda-kuda dengan lihai. Gasingnya berputar kencang. Priit. Sang wasit meniup peluitnya. Lalu seorang lawan segera tampil sambil melilit gasingnya, memasang kuda-kuda, dan melemparkan gasing tepat ke arah gasing si remaja tanggung. 








"Praak...." bunyi hantaman gasing membuat seluruh penonton penasaran apa yang akan terjadi selanjutnya. Dua gasing terpental ke luar arena permainan. Dengan segera para pemain menggiring gasingnya ke atas karpet merah lalu membiarkan kedua gasing tersebut menyelesaikan putarannya. 


Perlombaan gasing. Seperti yang telah saya baca di daftar susunan acara Festival Pulau Penyengat, bahwa akan diadakan lomba gasing. Saya sudah berniat untuk menontonnya. Dan tak menyangka saya bisa kesasar ke lokasi yag benar. 


Dua gasing berbeda bentuk itu tetap berputar dengan elegan di tengah arena perlombaan. Membuat penasaran para penonton gasing siapakah yang akan bertahan paling lama. Apakah gasing si remaja hitam manis itu atau lawannya. 


"Priiit..." wasit meniup peluit. 


"Bintaaaan..." seorang panitia mengumumkan pemenang itu melalui pengeras suara. Seorang panitia yang lain kemudian mencatat di papan tulis. Mata saya bolak-balik menatap kedua kelompok pemain. Tak ada ekspresi gembira dari mereka. Skor imbang. 






Pertandingan lainnya dimulai. Panitia kemudian menimbang terlebih dahulu berat gasing yang akan dipertandingkan. Saya lantas mengintip seperti apa perlengkapan beberapa peserta. Dan ternyata gasingnya banyak. Tidak hanya satu dua saja.



Di sisi lain, seorang fotografer berhasil meminta kepada seorang warga untuk tampil beraksi di depan kameranya. Seorang bapak-bapak tua yang dengan lihai memainkan gasing menggunakan jari-jemari, telapak tangan dan bahkan kakinya. 











Pertandingan demi pertandingan terus bergulir. Saya hanya menyimak keseruan itu melalui bidikan kamera karena sedang hunting foto. Ingin rasanya mencoba permainan ini, terlihat seru dan menegangkan. Namun, sayang saya berada di dalam suasana lomba yang bahkan tidak mengijinkan penonton berada di tengah lapangan perlombaan. 


Setelah hampir satu jam menyimak keseruan perlombaan gasing saya pun melanjutkan perjalanan menuju balai adat. Di sana sedang ada Lomba Kuliner Khas Melayu dengan menu utama sajian gonggong, sotong, dn ikan. Sepertinya waktunya pas menjelang perut saya keroncongan karena lapar. 

Festival Pulau Penyengat
Gasing Melayu

Seorang remaja laki-laki dengan wajah sedikit tegang perlahan menggulungkan tali berwarna kuning dan oranye melingkari gasing yang dipegang tangan kirinya. Matanya awas memandang ke arena permainan dimana selembar karpet merah terhampar di permukaan tanah.

Ketika lilitan tali pada gasing penuh, secepat kilat ia melemparkan gasingnya yang berwarna biru ke atas karpet. Gasing meluncur lalu memantul melewati lingkarang permainan, lalu terlempar dan hampir mengenai salah seorang penonton. Permainan pun diulang kembali.

Tali gasing biasanya terbuat dari kulit pohon waru laut. Sejenis pohon tepi pantai, tumbuhan perdu yang tersebar luas di pantai-pantai tropis di seluruh dunia. 

10 komentar :

  1. sampai ditimbang gitu ya gasingnya mbak. Anak-anak sekarang jarang yg main gasing modle ini nih udah serba modern. padahal kan butuh keterampilan ya untuk mainin gasing model ini

    BalasHapus
  2. waah serunya perlombaan gasing butuh skil khusus itu yaa...
    hayu atuh.nyobain ahhh *langsung keok :v

    BalasHapus
  3. Wah, baru tau kalau gasingnya harus ditimbang, tapi kemaren g sempat liat acara perlombaannya he he..

    BalasHapus
  4. jaman anak-anak main gasing dari kelapa yang masih kecil (segede salak)

    BalasHapus
  5. Huhuu aku gak nonton yg gasing...seru pasti ya

    BalasHapus
  6. pernah main gasing, tapi yang kecil bulat standar gitu, kalau yang besar, nggak kebayang beratnya kayak gimana :))

    BalasHapus
  7. Waktu kecil saya juga pernah main gasing di Pulau Kundur. Seru maennya hehe

    BalasHapus
  8. Asyik ya Mbak Lina. Saya pernah nonton lomba gasing di Malaka, kayanya kalau rumpun Melayu pasti main gasing ya..

    BalasHapus
  9. belum pernah main gasing yang beneran kyk gtu, biasanya main gasing dari plastik
    seru ya mbak acaranya :D

    BalasHapus
  10. Jadiinget jaman sd, dulu ke sekolah bawa gasing

    BalasHapus

Halaman ini dimoderasi untuk mengurangi spam yang masuk. Terima kasih sudah meninggalkan komen di sini.

Made with by Lina W. Sasmita