![]() |
Pohon & Langit Biru |
Gunung Prau Jalur
Dieng – Hari semakin beranjak siang. Langit pun semakin membiru menaungi
perbukitan yang bergerumbul di kanan kiri jalur yang kami lintasi. Barisan
pepohonan yang tumbuh satu-satu semakin menandakan bahwa Jalur Dieng GunungPrau ini sedikit gersang. Rumput-rumput kering di perbukitan adalah tanda dari
kemarau yang berkepanjangan. Debu yang mengepul di setiap langkah menjadi
bagian dari ujian kesabaran. Sabar menahan nafas dan sabar menahan amarah dikala debu beterbangan saat melangkah.
Saya berjalan cukup pelan di belakang rombongan. Chila yang
semula menyertai saya akhirnya bosan dan memilih berjalan bersama ayahnya. “Kenapa
sih Bunda foto-foto mulu?” komplainnya.
Sepanjang perjalanan turun melintasi jalur Dieng,
pemandangan di sekeliling sangat luar biasa. Pepohonan dan perbukitan tampak
eksotis. Bahkan di beberapa tempat bukit-bukitnya menyerupai bukit Teletubbies
membuat saya terus-terusan mengarahkan kamera.
Dalam perjalanan turun, kami kerap berpapasan dengan
berbagai kelompok pendaki yang hendak naik. Jalur yang cenderung landai,
berumput, dengan pemandangan pedesaan yang memanjakan mata, menjadikan jalur
Dieng adalah jalur pendakian yang sangat indah.
Di beberapa lokasi kami juga melewati beberapa tenda yang
dipasang di sepanjang tepi jalur. Mungkin para pendaki yang kemalaman sehingga
terpaksa membuka tenda dan menginap di sana .
Chila dan ayahnya semakin tidak tersusul. Entahlah, saya yang
lambat atau Chila yang berjalan sangat cepat. Demi mengejar ketertinggalan itu
saya sedikit berlari sambil sesekali memotret jika pemandangan yang ditemui
sangat menarik perhatian.
Perlahan Chila dan ayahnya yang bergandengan tangan mulai
terlihat. Saat itu Chila sama seperti saya mengenakan Rok Panjang. Semula saya berniat melepas rok panjangnya itu takut ia merasa ribet. Namun ternyata tidak. Dengan rok panjangnya Chila justru terlihat anggun, manis, dan kuat. Malah semakin lincah bergerak. Samalah kayak bundanya haha. Syukurlah. Beberapa hari itu Chila memang terobsesi untuk berdandan mirip saya. Dari cara berjilbab hingga mengenakan rok panjang. Pokoknya mau kayak Bunda katanya. Duuh berasa senang dong saya punya penggemar cilik :D.
Selain mengenakan rok panjang berwarna biru, dandanan Chila saat itu colorful banget. Jaket hijau dan rompi biru bulu angsa, slayer oranye
menyala, kerudung biru dan pink, topi Dora berwarna pink, serta tas frozen berwarna ungu.
40 menit kemudian, kami tiba di sebuah puncak perbukitan
dengan pemandangan ke arah Dieng yang sangat jelas terlihat. Telaga warna
tampak menghijau diantara garis-garis ladang penduduk dan rimbunnya pepohonan
yang mengelilinginya.
![]() |
Pemandangan Dieng dari Puncak Gunung Prau |
![]() |
Beristirahat Bersama Ayah |
Saat beristirahat di puncak bukit itu, tak sengaja saya dan
Chila berjalan mendekat ke sebuah tugu. Di tugu tertulis puncak 2565 MDPL.
Huwaaa…. ternyata tugu tersebut merupakan titik triangulasi Gunung Prau. Baru
tau, beneran. Semula kami kira puncaknya Prau itu terletak di tempat kemarin menginap yang berhadapan langsung dengan Gunung Sindoro Sumbing. Ternyata inilah puncak Gunung Prau yang sebenarnya. Tak melewatkan kesempatan, kami
pun berfoto-foto bertiga ala keluarga bahagia :D
Setelah beberapa menit beristirahat Chila mengajak kami
segera turun. Duh luar biasa nih anak. Nggak ada capeknya. Baru sebentar
istirahat kami disuruh jalan lagi. Demi dia, akhirnya perjalanan dilanjutkan.
Pukul 11.45 kami tiba di hutan cemara yang tinggi-tinggi dan berdaun lebat. Sepanjang
jalur hutan cemara terasa sejuk karena tajuknya yang sangat rimbun. Jalur dari
hutan cemara mulai menurun drastis. Selain jalan tanah yang berdebu jalur
diselingi bebatuan yang menuntut para pendaki untuk semakin waspada.
Pukul satu siang, kami tiba di ladang warga Dieng.
Dan itu artinya kami sudah dekat dengan pemukiman. Butuh waktu 25 menit
berjalan kaki dari pintu masuk jalur Dieng dan ladang-ladang ke arah rest area Pendaki di dekat terminal.
Di rest area, kami mandi bersih-bersih, setelah itu sholat dzuhur sebelum makan siang dan melanjutkan perjalanan ke Desa Sembungan di
kaki Gunung Sikunir.
![]() |
Di Puncak Bukit hanya Tersisa Satu Batang Pohon |
![]() |
Kemah |
![]() |
Para Pendaki Ramai Beriringan |
![]() |
Sampai di Ladang |
![]() |
Dieng |
ya ampun chilaaaa..keren banget,bener2 ngikut jejak ibu bapaknya nih hehehe
BalasHapuspakai rok panjang tidak menghalagi melakukan aktivatas apapun ya mbak. Itu foto yang pertama jadi inget little house deh
BalasHapussaya pengeeeennn kesini. Bener-bener butuh piknik nih saya :D
BalasHapusChila kuat jalan ya mbak, niru mamanya banget, suka naik gunung. Semoga suatu saat saya bisa mengajak dua jagoan saya naik gunung kayak Mbak Lina.
BalasHapuswaaa hebat chila kemana2 pake rok...sampe ke gunung jugakk
BalasHapusPemandangannya memang favorit banget deeh kalau jalur sini..
BalasHapusdi sana ada eddelwes ga ya
BalasHapus