Kemping Ceria di Pulau Putri Batam

Beberapa waktu yang lalu saat week end, saya diajak teman-teman dari komunitas Cumfire Batam untuk ikut kemping ceria di Pulau Putri yang terletak di sebelah utara Pulau Batam. Pulaunya kecil dan bahkan tidak kelihatan setitik pun di Google Map. Hanya saja, jika kita googling akan dapat dikenali dengan tanda merah sebagai salah satu tempat tujuan wisata terkenal di wilayah Batam.

Pulau Putri
Camping Ground di Pulau Puteri pada pagi hari.   Foto: Dudy T.

Saat kami tiba sabtu sore di kawasan Nongsa, salah satu wilayah paling utara Pulau Batam, laut sangat jauh surutnya sehingga terpaksa kami merubah titik naik perahu ke ujung aspal. Setelah memarkir kendaraan dan turun, kami masih harus berjalan kaki naik bukit. Dari bukit ini ada jalan setapak berupa jalur menanjak lalu menukik ke sebuah pantai berpasir putih yang sempit yang berseberangan langsung dengan Pulau Putri. Dari sinilah perahu yang akan menyebrangkan kami ke Pulau Putri menanti dengan pasti.


Saat sedang menuruni bukit, tiba-tiba handphone berkali-kali berbunyi tanda menerima sms. Bersahutan dengan bunyi handphone teman-teman yang lain. Saya mendadak curiga jangan-jangan itu dari provider. Benar saja ketika sms dibaca ada barisan kata-kata “Selamat datang di Singapura bla bla bla….untuk tarif menelpon sekian sekian dan untuk tarif sms sekian sekian…” What? Ini di Singapura apa Indonesia sih? Masa roaming begini? Gila banget. Saya merepet-repet. Yang lain ikut penasaran. Dan ternyata sama pada roaming semua. Ya Salaaam. Masa roaming di negeri sendiri sih? Kebangetan ini mah. Dan saya pun langsung mematikan handphone. 


Saat perahu melaju menyisir laut yang tenang, matahari sudah lama tenggelam sedari petang. Tidak menampakkan diri bahkan dalam semburat lembayungnya sekalipun. Langit tampak hening, memekatkan warna putih asap menjadi abu-abu gelap. Ombak hanya berkecipak seiring detak yang mengiringi arus kehidupan yang bergulir di bawah dan di atas permukaannya. Hanya gundukan rengkam, sejenis rumput laut, yang tampak bergerumul seperti tanah yang mumbul tiba-tiba di permukaan laut.


Perahu yang kami tumpangi mulai menepi. Tepat berlabuh di dekat gundukan bebatuan yang beberapa bulan sebelumnya tidak ada. Dua buah bayangan hitam raksasa tampak teronggok di tepi pulau. Setelah mendekat ternyata bayangan itu adalah dua alat berat yang sedang mengerjakan proyek reklamasi Pulau Puteri. Menghubungkan tiga buah pulau yang terpisah karena abrasi. Mungkin pemerintah Provinsi Kepri mulai menyadari bahwa jika dibiarkan maka lama-kelamaan Pulau Putri akan tergerus ombak dan bahkan hilang dari peta Indonesia. Padahal pulau ini merupakan salah satu pulau terluar yang berhadapan langsung dengan negara Singapura.

Pulau Putri Batam
Pulau Puteri dengan pemecah ombak, berlatarkan langit putih karena kabut asap

Beberapa tenda sudah didirikan oleh tim yang tiba lebih dahulu. Didirikan membentuk sebuah lingkaran dengan terpal yang panjang untuk berkumpul di tengah-tengahnya. Sebagian mulai sholat maghrib berjamaah. Dan karena tidak didapati air tawar maka kami berwudhu menggunakan air laut. Alhamdulillah, Allah SWT memudahkan segala urusan dalam beribadah kepada-Nya. Sehingga biar di pulau yang tidak ada air tawarnya sekali pun kita tetap bisa berwudhu dan sholat. Di lautan bisa berwudhu dengan air laut, di gunung dan kendaraan bisa bertayamum dengan debu-debu. Maka alasan apalagi yang menghalangi kita untuk sholat?


Selesai sholat kami semua diarahkan untuk makan malam. Beberapa lauk sudah dibawa dari base camp Cumfire. Ada beberapa anggota yang ditugaskan oleh Riki, Ketua Cumfire saat ini untuk memasak dan membawa lauk jadi ke lokasi kemping. Beberapa orang lagi seperti Andar dan Yuni dua perempuan yang menjadi Srikandi Bersepeda dari Batam, masih memasak lauk lainnya menggunakan alat masak kemping.


Alhamdulillah makan malam saat itu terasa nikmat walau lauknya sederhana, hanya tahu tempe, mie soun, dan kerupuk. Saya lupa kayaknya ada lauk ayam juga hehe, tapi no pic bisa jadi hoax ya kan? Makan bersama seperti ini adalah cara jitu mengusir kurang nafsu makan dan dapat menambah keberkahan pada makanan yang kita makan. Jika saat makan sendiri saya selalu ingat kisah tentang Nabi Ibrahim yang berjalan berkilo-kilometer untuk mencari orang yang mau diajak untuk makan bersama. Ini dilakukan demi mencari keberkahan di dalamnya. Masya Allah.


Kemping di Pulau Putri
Makan Malam Foto: Dudy T.


Makan malam telah usai, beberapa teman berkumpul sekedar ngobrol-ngobrol di tepi pulau sebelah barat yang ditembok miring dengan susunan batu, tak berapa jauh dari tenda-tenda kami. Tembok-tembok ini mengelilingi Sisi barat hingga utara. Sedangkan di sisi selatan dan timur, tepian pulau berupa tumpukan beton-beton pemecah ombak yang berbentuk silinder.


Setelah sholat isya, acara malam dilanjutkan dengan sharing tentang kepenulisan. Acara inti malam itu sebenarnya adalah mendengarkan ocehan saya. Semula merasa kurang pede karena apalah saya ini, ya kan? Hanya sebutir debu yang kalau ditiup angin akan membuat mata kamu pedih. Halaah. Tapi karena Riki begitu semangat mengajak dan meminta saya untuk bisa sharing tentang cerita perjalanan menulis saya baik di buku maupun di blog maka dengan suka rela saya pun ikut dan memboyong serta Chila dan ayahnya ke sana.


Satu jam sudah saya cuap-cuap. Teman-teman dari anggota Cumfire maupun simpatisan begitu serius menyimak. Sebagian bertanya tentang bagaimana mendapatkan ide untuk menulis. Duuh ide mah banyak banget. Saya sudah punya draft tulisan untuk 10 tulisan di bulan ini yang belum tersentuh. Bahkan untuk bulan depan pun sudah punya beberapa lagi. Namun ya gitu deh kalau tidak diserta disiplin bisa kebablasan seperti ini. Sudah hampir pertengahan bulan laaah baru nulis dua artikel. Jedotin kepala ke laptop. Hikss.


Selesai acara Satu Jam Bersama Lina W. Sasmita, ceilaaaah gaya-gayaan banget si Lina, acara disambung dengan games yang seru yang bikin gemes. Tampak dari peserta yang ngakak-ngikik ketawa-ketiwi. Biarlah, biar berkembang sesuai usianya. Mereka masih muda, masih menikmati masa-masa indahnya, maka bagi yang tua-tua seperti kami, (pyuuuh ngitung kerutan di dahi) saatnya menyingkir dan membicarakan hal-hal penting lainnya. Sepertinya sudah bukan masanya lagi buat ikutan haha hihi seperti itu. Hehe.


Kebetulan selain keluarga saya, ada keluarga Dudy Taupan yang memang secara umur sudah tidak muda lagi. Haha…*dilempar kamera dan sepeda sama Dudy. Nah ini klop deh. Kami mulai ngobrol ngalor-ngidul membicarakan prospek-prospek masa depan. Saya mulai bertanya-tanya tentang bisnis travel Dudy yang mulai sukses. Dudy ini juga pernah menjadi Ketua Cumfire periode tahun-tahun sebelumnya. Jadi saya dan suami sudah lumayan kenal lama dengannya.


Malam sudah semakin larut, Chila sudah bobo manis di tendanya. Sementara, suara gitar dan nyanyian mengiringi obrolan saya, suami dan Dudy. Suara petikan gitar kerap menggetarkan ingatan akan kenangan indah seperti ini pada masa lalu. Di pulau-pulau, di pantai, di hutan, dan di tempat-tempat favorit saya dan teman-teman Cumfire lainnya.


Awal-awal hingga 5 tahun pertama di Batam, saya terikat secara lahir batin dengan Cumfire. Menghabiskan masa-masa muda dengan indahnya persahabatan, petualangan, canda-tawa dan airmata perpisahan. Sebagian rekan-rekan seangkatan saya memang menemukan pasangan jiwa raganya di organisasi ini. Lantas melanjutkan persahabatan dengan bingkai rumah tangga. Saya yang enggak. *Nyengir kuda. Bukaaaan...bukan nggak laku sih, tapi bingung membuat pilihan diantara beberapa sahabat yang ternyata bisa-bisanya silap mata naksir saya. Apalah saya ini kan? Hanya remah-remah keripik di kaleng rombeng. Stop deh. Lupakan masa lalu. Kembali ke realita.


Keesokan harinya kami masih bermalas-malasan sambil main ayunan. Sebagian besar mengikuti games dan ditutup dengan berenang-renang. Sebelum itu ada kejadian heboh mengikat Riki di pohon untuk ditimpukin telur dan tepung terigu. Ya, Riki hari itu ulang tahun dan semua bersekongkol untuk mengerjainya.


Sekitar jam sebelasan kami mulai beberes rapi-rapi dan menunggu perahu jemputan.


Kemping di Pulau Putri
Acara Games

Pulau Putri
Kalau Urusan Foto Selalu Heboh dari Dulu Juga :D   Foto: Dudy T.

Bendera Cumfire Batam
Bendera Saksi Bisu. Foto: Dudy T.

Catatan Penting:

Dari Batam (Batam Center) Pulau Putri dapat ditempuh dengan mengendarai angkutan umum menuju Nongsa dan berhenti di persimpangan pertigaan menuju Batu Besar. Pertigaan tersebut mengarah ke kanan ke arah Batu Besar ke kiri ke kawasan Nongsa. Ambil jalan ke kiri ke arah resort-resort mewah di kawasan Nongsa. (Saya kurang tahu pasti kendaraan umum ini berhenti di kawasan Nongsa sebelah mana jadi minta diturunkan di pertigaan ini saja). Dari Pertigaan bisa naik ojek sekitar 20 ribu rupiah (tergantung nego) hingga tiba di pelabuhan tradisional menuju Pulau Putri. Dari Pelabuhan bisa menaiki perahu (boat) seharga 10.000 - 15 ribu rupiah sekali nyebrang. Jangan lupa mencatat nomor handphone pembawa boat agar bisa dijemput kembali sesuai waktu yang disepakati. Di Pulau Putri sinyal tidak roaming sehingga masih bisa menelpon secara lokal.


11 komentar :

  1. Mbaaaak, kalau aku ke Batam boleh loh kita bertemu ahahhahaa.
    Adik pengen ketemu mbak Lina :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Duuh boleh banget Nona Manis Raisa. Kalau istilah Bahasa Sudannya eh Sundanya sih moal teu dirawu dipangku haha. Artinya? googling aja.

      Hapus
  2. Pelampungnya yg sobek udh di jahit bloon teh...hehehe

    BalasHapus
  3. AKu pernah tinggal di Batam 4 tahun, tapi belum pernah ke pulau putri. Mungkin dulu belum terkenal ya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aiih Mbak kok kita nggak kenal dari dulu ya. Tahun berapa itu? Dari awal saya ke Batam tahun 1999 pulau ini udah ngehits banget buat kemping anak-anak Kawasan Industri Batamindo Muka Kuning.

      Hapus
  4. AKu pernah tinggal di Batam 4 tahun, tapi belum pernah ke pulau putri. Mungkin dulu belum terkenal ya.

    BalasHapus
  5. Yag bikin emosi emangbkalo liburan di indonesia tapi sinyal roaming....

    BalasHapus
  6. Apapun makanannya kalau kemping bersama teman - teman, sungguh nikmat rasanya,,,, mengingatkanku kemping ceria di Pantai Klayar bersama teman - teman,,,,, salam kenal kak

    BalasHapus
  7. Dal lama nggak pegang peralatan masak kemping. kangen sama rangia. entah kapn bisa camping camping hepi gini. Kangen eui :)

    BalasHapus

Halaman ini dimoderasi untuk mengurangi spam yang masuk. Terima kasih sudah meninggalkan komen di sini.

Made with by Lina W. Sasmita