Pulau Penyengat Mahar Tanda Cinta


 Simpanan yang indah
Ialah ilmu yang memberi berfaedah

Mengumpat memuji hendaklah pikir
Di situlah banyak orang tergelincir

Pekerjaan marah jangan dibela
Nanti hilang akal di kepala

 *Quote from: Gurindam Dua Belas

Pulau Penyengat terletak di sebelah barat kota Tanjung Pinang Ibukota Provinsi Kepulauan Riau atau sering disingkat Kepri. Catat ya Kepri bukan Riau. Karena Kepri itu beda provinsi dengan Riau. Nah meskipun sudah bertahun-tahun berpisah dengan Provinsi Riau daratan masih saja banyak orang yang salah menyebutnya. Begitu juga sekelas google, facebook, atau twitter  kalau memasukkan “location” di Kota Tanjung Pinang atau Batam semuanya masih saja menulis Batam, Riau. Atau Tanjung Pinang, Riau. Halah. Cape deeeh.

Pulau Penyengat
Perahu menuju Pulau Penyengat

Bukan nggak bangga sih sama Riau. Mentang-mentang di sana sumber terjadinya kabut asap yang menghebohkan dunia perlangitan Indonesia Malaysia dan Singapura. Bukaaaan. Bagaimana pun juga Kepri dulu adalah bagian dari Provinsi Riau. Tapi Riau dan Kepri kan sudah lama pisah ranjang jadi ngapain juga dibahas terus. Come on, move on dong. Kalau sudah pisah ya pisah saja jangan dijodoh-jodohkan lagi.  Tuh Farhat Abbas sama Regina yang lengketnya kayak lem tikus saja kabarnya sekarang udah cerai. Ooopss.

Kembali ke Laaaaptop.

Pulau Penyengat berjarak lebih kurang 1,5 km dari Tanjung Pinang. Luasnya tidak lebih dari 3,5 km. Tanahnya berbukit-bukit terdiri dari pasir bercampur kerikil, sementara pantainya umumnya landai, sebagian berumput, sebagian lagi berbatu karang. Tidak ada pasir putihnya. Jadi kurang pas kalau untuk berenang-renang gaya apa pun. Stop! Mending nggak usah. Apalagi niat berbikini ria. Buang jauh-jauh. Bisa ditimpuk cucu-cucu raja Riau Lingga di sana.

Pulau Penyengat
Istana Raja Riau - Lingga

Secara administratif di Pulau Penyengat  terdiri dari beberapa buah kampung yang tergabung dalam suatu desa atau kepenghuluan. Jumlah penduduk 2224 jiwa (2004), sebagian besar suku melayu dan sehari-hari berbahasa melayu, melayu Riau. Mata pencaharian penduduk terutama menjadi nelayan, buruh lepas, pegawai negeri dan swasta.

Menurut cerita, nama penyengat disematkan kepada pulau ini karena konon pelaut-pelaut yang sedang mengambil air bersih di sana diserang oleh semacam lebah (insect) yang dipanggil “penyengat” hingga membawa korban. Sejak itu pulau ini lebih dikenal dengan sebutan pulau penyengat. Kemudian ketika pusat pemerintahan Kerajaan Riau bertempat di pulau itu maka diresmikanlah dengan nama “Pulau Penyengat Indera Sakti”.

Pada saat penjajahan Belanda, Pulau Penyengat telah berkali-kali menjadi medan pertempuran. Pada perang Riau dengan Belanda tahun 1782-1784, pulau ini telah dijadikan pusat pertahan utama. Benteng-benteng dengan gaya Portugis telah dikembangkan di pulau ini yang sisa-sisanya masih dapat disaksikan hingga sekarang terutama di Bukit Kursi dimana terdapat meriam-meriam tua yang menghadap ke laut.

Gudang Mesiu

Meriam-Meriam di Bukit Kursi, Pulau Penyengat

Pada tahun 1808 pulau penyengat telah dibina dari pusat pertahanan menjadi sebuah negeri, dan pada tahun 1900 menjadi pusat pemerintahan yang dipimpin oleh Yang Dipertuan Muda Riau-Lingga.


Apabila banyak berkata-kata
Di situlah jalan masuk dusta

Apabila banyak mencela orang
Itulah tanda dirinya kurang


Di Pulau Penyengat terdapat sebuah mesjid yang sangat terkenal. Mesjid ini dibangun pada tanggal 1 syawal 1249 H (1832 M) atas prakarsa Yang Dipertuan Muda VII, Raja Abdul Rahman (Marhum Kampung Bulang). Memiliki panjang 19,8 meter dan lebar 18 meter di dalamnya ditopang oleh 4 buah tiang beton, dengan tiap penjuru dibangun menara tempat bilal menyeru adzan. Selain menara terdapat 13 buah kubah dan 4 persegi, sehingga jumlahnya 17 buah yang melambangkan banyaknya rakaat sholat sehari semalam.

Interior Mesjid Pulau Penyengat

Mesjid ini dikerjakan secara gotong royong oleh masyarakat  bahkan selama 7 malam berturut-turut kaum wanita turut mengerjakan amal jariyah, bersama-sama menyumbang tenaga membangun mesjid.

Riwayat lain menceritakan karena terlalu banyaknya bantuan termasuk bahan makanan seperti telur maka putih telur dipergunakan menjadi campuran kapur untuk memperkuat beton kubah.


Ada nama seorang Putri yang yang tidak bisa dipisahkan dengan Pulau Penyengat. Dialah Engku Puteri. Nama sebenarnya  adalah Raja Hamidah. Ia merupakan seorang puteri Raja Haji (Marhum Teluk Ketapang) yang terkenal dalam sejarah Riau Lingga, Johor dan Pahang. Raja Hamidah kemudian menjadi permaisuri Sultan Mahmud (Marhum Masjid Lingga).

Pulau Penyengat
Makam Raja Hamidah Engku Puteri

Pulau Penyengat dibangun menjadi Negeri oleh Sultan untuk dihadiahkan kepadanya sebagai mahar pernikahan mereka. Sungguh luar biasa ya raja-raja dahulu. Maharnya saja pulau. Untuk mengenang sejarah Engku Putri maka Kota Batam mengabadikan namanya menjadi sebuah alun-alun yang terletak di pusat Pemerintahannya di Batam Center.


Di Pulau Penyengat juga terlahir seorang pujangga kerajaan yang terkenal. Beliau telah menyusun kaidah-kaidah tata bahasa dan ejaan perkamusan. Menjadikan bahasa Melayu Riau layak dipakai sebagai bahasa surat-menyurat, bahasa buku dan bahasa kesusateraan, hingga berkembang menjadi bahasa Indonesia seperti sekarang ini. Dialah Raja Ali Haji yang terkenal dengan karyanya yang fenomenal yakni Gurindam Dua Belas.

Gurindam Dua Belas ini terdiri dari 12 fasal yang dikategorikan sebagai puisi didaktik karena berisikan nasihat-nasihat dan petunjuk kehidupan. Ini salah satu contoh Gurindam fasal 1. Simak dan renungkan ya!

Fasal 1

Barang siapa tiada memegang agama
Sekali-kali tiada boleh dibilangkan nama

Barang siapa mengenal yang empat
Maka yaitulah orang yang makrifat

Barang siapa mengenal Allah
Suruh dan tegahnya tiada ia menyalah

Barang siapa mengenal diri
Maka telah mengenal akan tuhan yang bahri

Barang siapa mengenal dunia
Tahulah ia barang yang terpedaya

Barang siapa mengenal akhirat
Tahulah ia dunia mudharat


*Sumber dari rajalihajidotcom


Alat Transportasi Becak di Pulau Penyengat

Saya sudah 5 kali berkunjung ke Pulau Penyengat. Namun sepertinya masih saja penasaran dan ingin kembali ke sana. Menggali karya, membaca buku sastra kerajaan Riau Lingga yang masih tersisa. Tahukah anda dengan petikan pidato Bung Karno yang  ini “Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarahnya.” Nah, justru semboyan itu malah dilakukan oleh 4 orang teman saya dari Kuala Lumpur dan Sabah Malaysia. Beberapa tahun silam, mereka meminta saya menjadi guide dadakan untuk mengunjungi pulau Penyengat. Dan alasannya tiada lain hanya ingin mengunjungi tanah leluhur suku Melayu. Karena sesungguhnya Kerajaau Riau – Lingga adalah induk dan leluhurnya mereka, bangsa Melayu. Duuuh…terharu saya dibuatnya.


Kalau anda sudah pernah belum ke Pulau Penyengat?

31 komentar :

  1. menurut beberapa literature pulau penyengat dan kerajaan melayu riau kala itu juga masih ada hubungannya dengan kerajaan aceh. kk ketemu itu kah?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Belum tahu Yud, Nanti aku baca-baca lagi ah kalau ke sana.

      Hapus
  2. Kapan yaa... bisa mengunjungi kepri. Aku jadi mupeng pengen ke pulau penyengat juga. Btw, lebah penyengatnya udah ngga ada kan mbak? ngeri juga kalau masih banyak yang berkeliaran ^___^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sekarang udah nggak ada lagi Mbak Husna. Dulu pertama kali datang ke sana udah takut aja disengat haha.

      Hapus
  3. aku belum sempat kesana mbak,cuma lihat aja dari jauh hehehe...penasaran pingin banget lihat masjidnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sayang banget Mbak. Padahal udah deket itu.

      Hapus
  4. baru tau asal mula nama pulau penyengat :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe...Ayo ke sana Mbak biar lebih tahu yang lainnya :D

      Hapus
  5. aku apalagi belum pernah .____.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tinggal pesen tiket aja. Liburan ke sini Mbak. Udah ada tuh maskapai yang direct dari Jakarta - Tanjung Pinang :D Ntar ya aku mau ajukan Lomba Blog ke Dinas Pariwisata Kepri hadiahnya jalan-jalan ke Pulau Penyengat hehe. Mau mau mau?

      Hapus
  6. Oaah mbak saya maah baru tahu klo Kepria dan Riau udah berpisah...hehehe
    Foto2nya bagus2 apalagi istana kuning Raja Riau...
    Diperbesar ukuran sedang mungkin lebih baik mbak...
    Semoga suatu hari bisa mampir ke Pulau Penyengat.
    Nice Info mbak :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kepri dan Riau sudah lama pisah Mbak :D, Iya semoga suatu saat bisa menyambangi pulau penuh sejarah ini.

      Hapus
  7. Saya sudah pernah ke sana Mba, indah sekali istana penyengat.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waaah...Alhamdulillah ya Mbak. Mungkin pemandangannya tidak terlalu cantik namun nilai sejarah yang dikandung pulau ini sangat kaya

      Hapus
  8. Jadi mbak Lina kapan mau ngundang Raisa ke Pulau penyengat???
    siapa tau aku ketemu pangeran disaanaa *eeeh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jiahaha.... ada agenda konser kah? Boleh saya hubungi manajernya? Masih banyak pangeran di sini looh :D

      Hapus
  9. Aku jg blom pernah mak ke sana.
    BTW, kena efek asap juga ga mak pulau tsb?!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mbak pulau ini kena dampak asap juga :(

      Hapus
  10. Kemarin weekend aku baru aja nonton tarian asal Riau, dipikir2 aku gak tau banyak mengenai propinsi ini, TFS Lin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku suka banget loh Mbak sama tarian-tarian daerah Riau dan Kepri. Rancak dan enak dilihat.

      Hapus
  11. seneng mba, berkunjung ke blog mbak Lina....banyak kisah seru dan foto2 yang indah :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah. Saya juga senang berkunjung ke blognya Mbak, banyak kisah inspiratif :D

      Hapus
  12. Asyik menyimak sejarahnya. Apalagi kalau melihat langsung peninggalan2 sejarah itu, ya. Hemmm... :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul, saya kalau baca-baca dan melihat-lihat peninggalan kerajaan jaman dulu itu berasa seru sendiri mbak :D

      Hapus
  13. Kenapa oramg yg ambil air itu dii senggat??? Pasti ada sebab nya.
    Tp aku ngak perlu sebuah pulau untuk si pinang, cukup pinang aku dengan bismillah saja #Halah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haha...mau Mas Cum aku pinangkan dengan gadis Melayu? Makanya sini ke Penyengat bakalan ada Festival Penyengat Loh Februari bulan depan.

      Hapus
  14. Masjidnya masih di gunakan sampai sekarang gak mbak?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masih Mbak, malah makin bagus dan terawat.

      Hapus
  15. Habis baca ini jadi penasaran sama Kepri dan sejarahnya..
    mudah2an ada rejeki bisa berkunjung.
    Jadi teringat sama Banda Aceh & Medan liat becak bermotornya :D

    BalasHapus

Halaman ini dimoderasi untuk mengurangi spam yang masuk. Terima kasih sudah meninggalkan komen di sini.

Made with by Lina W. Sasmita