Tampil Keren Dengan Jam Tangan Baru Saat Traveling

Jam Tangan Baru Untuk Traveling
"Engkau dapat menunda, tetapi waktu tidak akan menunda." – Benjamin Franklin


Sewaktu bepergian atau traveling, pernah nggak sih teman-teman mengalami momen terlambat? Baik itu terlambat datang atau terlambat pulang? Aku pernah. Beberapa kali. Dan itu menyebalkan banget. Sebal sama diri sendiri. Memalukan rasanya! Bahkan pernah punya perasaan ingin ditelan bumi saja saking malu dan kesalnya. 


Apa saja pengalaman buruk “terlambat” yang pernah aku alami yang hingga saat ini bisa dijadikan pelajaran? Ada 3 pengalaman yang paling aku ingat. Yang kalau mengingatnya, masih saja membuat sebal dan kesal bukan kepalang. Berikut kisahnya!


1. Terlambat Naik Pesawat Terbang Berturut-Turut 

Aku dan beberapa orang teman dari Batam, Bandung, Bogor dan Jakarta pergi mendaki Gunung Ciremai di Kuningan Jawa Barat. Karena cuaca buruk, perjalanan turun gunung melalui jalur Linggar Jati Kuningan, memakan waktu hingga satu hari satu malam.

Gunung Ciremai
Aku dan rombongan pendaki Gunung Ciremai

Sebenarnya, aku sudah tiba di desa terakhir sekitar jam 6 petang. Dan sudah bisa pulang malam itu juga untuk mengejar penerbangan dari Jakarta ke Batam untuk esok harinya. Namun karena perasaan tidak enak kepada teman-teman seperjalanan, maka aku pun menunggu rombongan kumpul semua hingga malam hari. Selain itu karena ada seorang teman yang dari awal sama-sama berangkat dari Batam yang tidak mungkin aku tinggalkan. 

Hampir tengah malam rombongan baru lengkap, kami memutuskan untuk menginap saja malam itu di pos terakhir di Linggar Jati. Keesokan harinya rombongan pendaki ini pulang ke kota masing-masing.

Sementara aku dan temanku masih terkantuk-kantuk dalam kereta api jurusan Cirebon - Jakarta, pesawat yang harusnya kami naiki, sudah terbang ke Batam. Duh mana itu tiket promo lagi, tidak bisa di-refund. Jadi hanguslah sudah. Lenyaplah sudah. Selamat jalan sudah. *Sudah sudaaaah… nggak usah dendam begitu.

Tiba di Jakarta, kami menginap di rumah seorang teman di daerah Jati Padang Jakarta Selatan. Menurut perkiraan, jarak dari sana ke Bandara Sukarno Hatta sekitar 39 kilometer lewat tol airport, dan bisa ditempuh dalam waktu 45 menit. Kami pun membeli tiket pesawat yang baru untuk keberangkatan esok hari. Pedih rasanya harus mengeluarkan uang untuk membeli tiket lagi. Harganya pun sudah jauh lebih mahal dibanding harga normal. Huhuhu. Peluk dompet. 

Pesawat terbang dijadwalkan berangkat jam 4 sore. Dari Jati Padang, kami berangkat jam 2 siang. Kami lupa bahwa kemacetan di Jakarta terkadang bisa terjadi berjam-jam lamanya. Sehingga waktu 2 jam ini kok rasa-rasanya sangat mepet. Dan ternyata terbukti. Di jalan tol menuju bandara, ada sebuah truk yang membawa kayu gelondongan. Entah sebab apa kayu-kayu dari dalam bak truk terjatuh berhamburan ke tengah jalan. Kemacetan parah pun tak terelakkan. Kendaraan yang kami tumpangi pun akhirnya ikut terjebak kemacetan. Walaupun pada akhirnya tiba di bandara tepat jam 4 sore, kami tetap terlambat karena pesawat sudah take off, sudah berangkat. Hikss. Gagal terbang lagi untuk kedua kalinya.

Sebal, sedih, marah bercampur jadi satu. Ingin rasanya jambakin rambut orang sendiri. Tambah ingin cakar-cakar muka tembok. Sejenak aku dan temanku bengong, nggak tahu harus berbuat apa. Dua kali sudah kami buang-buang tiket. Teringat bahwa uang di dompet makin menipis, kami makin meringis. Tertawa getir. Setelah mengumpulkan ingatan yang tercerai berai, akhirnya kami menghadap ke kantor maskapai penerbangan dan memohon untuk reschedule keesokan harinya. Alhamdulillah bisa namun dengan penambahan biaya.

Dari dua penerbangan yang gagal itu, aku belajar, bahwa sangat perlu mengatur dan merencanakan perjalanan sebaik mungkin. Terutama membuat rencana pilihan A, B atau C sehingga dua aset berharga yaitu waktu dan uang, tidak terbuang percuma hanya karena kelalaian atau faktor lain yang tidak terduga.


2. Terlambat naik ke kapal saat di Maya Bay Thailand 

Aku dan Reny, salah satu teman sebangku semasa SMA, janjian untuk reunian di Krabi, Thailand. Semula kami berniat untuk traveling bareng ke Ha Long Bay Vietnam, namun karena bulan itu tiket ke Hanoi lumayan mahal, kami banting setir ke Krabi. Terlebih karena kami membawa anak-anak sehingga kalau tetap memaksakan ke Ha Long Bay, tiket pesawat terbang pulang pergi akan membengkak berkali lipat.

Keberangkatan ke Krabi ini bukan tanpa alasan. Apalagi kalau bukan tentang kenangan semasa SMA dulu yang pernah kami jalani. Dulu kami nge-fan kepada Leonardo Dicaprio. Kami menonton film-film terkenal yang dia bintangi seperti Titanic dan The Beach. Nah, Film The Beach mengambil lokasi syuting di sebuah pantai yang indah bernama Maya Bay yang terletak di kawasan Phi Phi Islands, Provinsi Krabi, Thailand. Jadi, karena Mas Leonardo itulah yang menjadi alasan utama kenapa kami berkunjung ke Krabi, walaupun setelah ratusan purnama berlalu dari release filmnya.

Briefing sejenak sebelum turun dari kapal

Supaya nggak ribet, aku dan Reny memesan paket one day tour dengan salah satu travel agent di sana. Siang itu kapal speed boat yang kami tumpangi berhenti di tepi pantai Maya Bay. Sebelum memberi izin turun, guide memberitahu bahwa waktu kami di sana hanya setengah jam saja. setelah itu segera kembali ke kapal untuk melanjutkan perjalanan keliling pulau-pulau lainnya.

Anak-Anak Bermain Pasir di Maya Bay

Karena air laut terasa dingin, anak-anak tidak mau berenang, mereka memilih bermain pasir. Karena kebelet ingin buang air kecil, saya pamit mencari toilet. Dan ternyata toiletnya jauh harus masuk ke bagian dalam pulau. Saat saya antri, Reny datang menyusul. Dalam perjalanan kembali ke pantai, kami melewati jalan yang berbeda yang lebih panjang dibanding jalan sebelumnya. Karena banyak hal yang menarik, berkali-kali kami berhenti untuk berfoto. Sesekali melihat jam di handphone yang saya setting dalam keadaan flight mode. Ah, ternyata baru sekitar 15 menitan berlalu. Kami pun berjalan seperti biasa. Tidak terburu-buru.

Saat kembali ke tempat anak-anak bermain pasir, aku mendadak panik karena mereka tidak ada di tempat. Sementara pantai ini penuh sesak oleh ribuan orang yang sedang bertamasya. Begitu ramainya. Akan sangat kesulitan mencari mereka di tengah-tengah lautan manusia seperti itu. Duuuh kami kok bodoh banget meninggalkan mereka. Kalau anak-anak kami hilang bagaimana? Kalau mereka diculik bagaimana? Aku dan Reny makin panik dan membagi arah pencarian ke arah yang berlawanan. 

Tiba-tiba aku berfikir mungkin saja anak-anak sudah naik kapal duluan. Jadi aku pun mencari kapal yang kami naiki sebelumnya. Agak kesulitan karena kapalnya hampir sama semua. Berwarna putih. Di tengah kebingungan mencari kapal inilah, tiba-tiba anak-anak berteriak memanggil. Syukurlah ternyata benar, mereka sudah ada dalam kapal. Begitu masuk kapal, wajah anak-anak terlihat sangat marah. Para penumpang lain yang semuanya berasal dari berbagai negara lain, menatap dengan tatapan tajam setajam silet. Sang Tour Guide nyerocos melampiaskan kekesalannya dengan menggunakan Bahasa Thai. Begitu memperhatikan jam, ternyata aku telat lebih dari setengah jam.

Drama belum berakhir, Reny masih belum kembali ke kapal. Aku dan guide pun meloncat kembali ke pantai dan mencarinya. 10 menit mencari dan ia belum juga kami temukan. Aku akhirnya kembali ke kapal, ketika itulah pandanga mata tertumbuk pada seorang ibu muda yang sedang sibuk mengamati orang ramai, satu per satu.

“Reeennnn... Renyy…sini!” Aku melambaikan tangan ke arah Reny yang tampak sedang kebingungan. Kami pun segera menuju kembali ke kapal dimana semua orang telah menunggu. Pyuuh, akhirnya kami berdua tidak ditinggal. 

Aaaah kalau ingat kejadian di Maya Bay ini, aku sebel banget. Malu karena bawa-bawa nama negara. Gimana nggak bawa nama negara, kalau setiap orang di kapal yang notabene berasal dari berbagai negara lain, bisa saja bercerita gara-gara orang Indonesia kami sekapal telat semua. Huhu. *Ceburin diri ke laut.


3. Ketinggalan Pesawat Terbang Gara-Gara Ketiduran


Drama mengenaskan ketinggalan pesawat terjadi lagi. Waktu itu aku sedang dalam perjalanan pulang dari Bali ke Batam. Karena tidak ada direct flight dari Bali ke Batam, maka aku harus transit di Jakarta sekitar 2 jam-an. Setelah lapor ke petugas yang menangani bagian transit, aku duduk manis di ruang tunggu sambil baca-baca majalah.

Cukup bosan menunggu, jam di handphone masih menunjukkan pukul 18:00 WIB. Masih sekitar 20 menit lagi menuju waktu boarding. Karena lowbatt, handphone aku isi daya di charger center yang letaknya agak jauh dari tempat duduk.

Saat duduk manis di ruang tunggu bandara itu, aneh rasanya karena tiba-tiba kedua kaki mendadak terasa kebas dan kesemutan. Aku kaget dan langsung berdiri. Namun kembali terduduk karena kebingungan sedang berada dimana. Pelan-pelan berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi. Ya ampuuun… ternyata karena kelelahan, aku ketiduran dengan wajah tertutup majalah dan kaki menggantung di kursi, membuat peredaran darah ke kaki bagian bawah terhambat sehingga kebas dan kesemutan. Beberapa detik kemudian baru sadar bahwa aku sedang menunggu pesawat ke Batam. Waduh jam berapa ini? Panik, aku mencari-cari handphone untuk memeriksa jam berapa. Lebih panik lagi ketika handphone yang dicari tidak ketemu. Sambil mencari-cari, aku berusaha keras mengingatnya dimana. 

Seketika teringat handphone sedang di-charge di charger center. Aku segera memburu ke sana. Alhamdulillah masih ada. Jam di handphone menunjukkan pukul 18.35 WIB, ini artinya pesawat sudah berangkat. Aku panik dan segera menghubungi petugas bandara. Menurut jadwal masih ada penerbangan terakhir ke Batam yakni sekitar pukul 19.30 WIB. Setelah dicek, masih ada kursi yang kosong sehingga aku diizinkan terbang meskipun dimintai sejumlah uang yang entah untuk apa. Bingung sih sebenarnya, apa memang prosedurnya dimintai uang atau memang pungli? Karena tidak tahu prosedurnya dan sedang terburu-buru, aku anggap mungkin hal itu sesuai aturan yang ada. Eh wait, tapi kenapa si petugas meminta uangnya dengan cara bisik-bisik? Ah sudahlah. Aku nggak mau berspekulasi.


Dari ketiga kejadian di atas, aku mengambil pelajaran berharga. Bahwa lalai dan menyia-nyiakan waktu menyebabkan kerugian besar baik secara materi maupun non materi. Aku kehilangan uang, kehilangan kepercayaan, dan yang pasti kehilangan waktu berharga untuk produktif dan waktu bersama keluarga tercinta.


Pentingnya pengelolaan dan manajemen waktu

Belajar dari kejadian-kejadian di atas, aku jadi berfikir dan merenung sebenarnya apa sih yang bisa menyebabkan terlambat terus seperti ini. Apa aku terbiasa seburuk dan separah itu? Ah tidak juga. Aku sering datang tepat waktu bahkan lebih awal dari yang lain jika ada acara-acara di berbagai kegiatan. Lalu? Ini mengenai masalah manajemen waktu yang kurang baik.


Menilik kembali keterlambatan di poin pertama, kelemahanku adalah pada perencanaan. Aku tidak merencanakan sejak awal akan berangkat jam berapa ke bandara dan tidak memperkirakan kemacetan yang akan terjadi. Pada keterlambatan di Maya Bay Krabi, terjadi karena kesalahan baca jam pada layar handphone. Saat itu aku tidak memakai jam tangan. Padahal jam tangan adalah barang yang sebenarnya sangat diperlukan kalau sedang traveling atau bepergian seperti ini. Bagaimana kalau handphone mati atau tercuri dan aku tidak tahu jam berapa saat itu sementara orang-orang sudah menungguku dengan gelisah? Pada keterlambatan di poin ketiga, ini murni karena kelalaianku sehingga ketiduran. Lagi-lagi saat itu pun aku tidak memakai jam tangan sehingga tidak bisa mengecek waktu sesering mungkin.

Agar bisa mengatur waktu dengan sebaik-sebaiknya terutama saat di rumah dan saat traveling, aku mulai membuat daftar perencanaan dengan sebaik-baiknya. Beberapa hal yang sudah dan akan aku lakukan untuk memperbaiki manajemen waktu dan meminimalisir keterlambatan adalah seperti hal-hal berikut ini:

  1. Membuat rencana di buku agenda berupa daftar atau list kegiatan yang harus dilakukan dengan memberi batasan waktu kapan selesainya.
  2. Membagi rencana atau kegiatan menjadi sub-sub kecil sehingga mudah untuk dikerjakan karena lebih spesifik. 
  3. Membuat skala prioritas dengan mendahulukan pekerjaan yang paling penting. 
  4. Memanfaatkan waktu produktif umtuk melakukan hal-hal yang penting sehingga waktu yang aku punya tidak sia-sia.
  5. Mengurangi bermain medsos dan memperbanyak melakukan hal-hal yang telah dibuat dalam list guna mempercepat jadwal penyelesaian.
  6. Selalu memotivasi dan meyakinkan diri untuk bisa menyelesaikan pekerjaan tepat waktu.
  7. Belajar untuk selalu fokus walaupun sungguh sangat susah. Karena aku tipe orang yang jika ada kesempatan, semua ingin kucoba. Sehingga pekerjaan cenderung terbengkalai karena semua dipegang.

Salah satu caranya agar aku bisa disiplin waktu, tidak terlambat, apalagi harus ketinggalan pesawat adalah dengan berkomitmen terhadap diri sendiri dalam urusan manajemen waktu yang sudah dibuat. Kelemahan utamaku adalah sering lupa mengecek waktu sudah jam berapa, sehingga rencana yang sudah dibuat sendiri bisa molor hingga berjam-jam.

Selama ini, selama traveling dan mendaki gunung, aku selalu mengandalkan handphone saja untuk mengetahui waktu. Namun, mengingat kejadian-kejadian di atas yang nyebelin, sepertinya sudah sangat mendesak untuk aku mulai memakai jam tangan lagi. Jarang-jarang aku bisa tampil keren dengan jam tangan terbaru saat traveling apalagi mendaki. Makanya akhir-akhir ini aku berencana untuk membeli jam tangan terbaru.


Aku dan Jam Tangan

Sudah lama, sudah sekitar 9 tahunan aku tidak mengenakan jam tangan lagi. Alasannya banyak. Pernah beberapa kali punya, tapi tidak pernah awet. Kadang jam tangannya rusak, hilang, cacat, atau bahkan membuat iritasi sehingga kulit pegelangan tangan merah dan gatal-gatal. Ketika beli jam tangan baru lagi, hanya tahan seminggu sudah mati. Ketika batrenya diganti, jamnya tetap ngaco, tidak mau tepat waktu. Kalau tidak jarumnya terlalu lewat, maka ia akan lebih lambat dari jam biasa.  Lemot kayak otakku. Duh aku nggak pernah berjodoh kayaknya sama jam tangan apapun. *Makanya beli jam tangan yang mahalan dikit dong Qaqaque! 😄 Syudah adeque. Mahal nggak jaminan. Pernah kok qaqa dibelikan jam mahal oleh suami, catat itu!

"Bunda, bunda kan ulang tahun, mau dibelikan apa?" Suatu waktu suamiku bertanya serius. Tanpa berfikir panjang, dengan wajah sumringah aku langsung menjawab, "Jam tangan". Ia pun langsung menganggukkan kepala. Malamnya, dia menyerahkan sebuah kotak dengan isi jam tangan branded. Aku melongo. Dalam hati muncul perasaan nggak tega melihat suami sudah membelikan jam mahal begitu. Sayang uangnya menurutku. Di sisi hati yang lainnya aku bersorak gembira. "Yeaah akhirnya punya jam tangan baru". *Loncat-loncat kayak bocah lagi loncat galah.😂

Sayang, tidak sampai setahun, jam tangan itu sudah mati. Tidak bisa dipakai lagi. Saat diperbaiki, kata tukang jam ada bagian yang rusak dan butuh biaya yang cukup besar. Aaargghh. Nggak rejeki punya jam tangan bagus dan awet. Sejak itu, aku jadi malas beli jam tangan lagi soalnya berulang kali ganti tetap saja banyak masalahnya.

Tapi lagi-lagi aku sering menemui kesulitan saat traveling atau mendaki gunung tanpa menggunakan jam tangan. Kebayang dong saat mendaki meniti jalur curam, masa harus mengeluarkan handphone untuk mengetahui jam berapa-berapanya. Repot banget. Atau lagi hujan badai seperti waktu aku jalan-jalan ke Natuna, nggak mungkin juga mengeluarkan handphone untuk mengecek jam berapa sementara air hujan campur ombak menghantam badan. So, aku sudah mulai browsing googling dan hunting untuk mendapatkan jam tangan wanita yang cocok bagi gaya travelingku yang cenderung bergaya adventure dan suka  dengan alam terbuka.



Tampil Keren Dengan Jam Tangan dari The Watch Co


Beberapa minggu terakhir ini, aku lagi antusias kepoin jam-jam tangan koleksi The Watch Co. Bukan tanpa sebab kenapa aku bisa terus-terusan mantengin website yang satu ini. Apalagi kalau bukan karena koleksi jam tangannya yang branded, keren-keren, elegan, dan berkualitas tinggi. Tambah penasaran karena beberapa brand koleksinya sudah sering wara-wiri di lini masa media sosial seperti facebook dan instagram. Membuat yang tidak tahu jadi mahu.

Beberapa koleksi yang aku kepoin, salah satunya banyaknya adalah Aark Collective, Ala Champ, Autodromo, Braun, Briston, Casio, Citizen, Corniche, Daniel Wellington, Design House Stockholm, Dietrich, Greyhours, Hard Graft, Hypergrand. Stop ambil nafas dulu! 😄😅Lanjut ada James Barts By Xuri, Lima, Matoa, Mockberg, Mr Jones Watches, Nam Watches, Nocs Atelier, Nostal, Olivia Burton, Orbitkey, Phase X Voyej, Rains, Sirocco, Squarestreet, Tid Watches, Timex, Tom Hope, Uniform Wares, Vaultone, Verso, Vitaly By Xuri, Void Watches, Welder, William L. 1985, Wish Watch, Ystudio, Zinvo, dan Zlaba. Duuh ya ampuuun banyak banget. Sampai mataku siwer dan kunang-kunang, badan lemas, tangan pegal-pegal dan bibir mengering. Eh ini gara-gara kepoin jam tangan apa gizi buruk sih? Wkwkwk.


Tapi serius, aku yang awalnya kurang perduli dengan jam tangan, mendadak penasaran dengan spesifikasi produk-produk di The Watch Co. Kok kenapa baru nemu sekarang ya store online satu ini. Nggak dari dulu gitu. Padahal aku seringkali mencari-cari jam tangan pria untuk aku buat hadiah ke suami, ayah, dan adik laki-lakiku.

Didirikan pada tahun 2013, The Watch Co telah membangun fondasinya dengan kuat pada nilai-nilai kualitas yang baik dengan desain yang inovatif. Maka tak heran koleksi jam tangan di The Watch Co terdiri dari beberapa brand industri jam tangan yang terkenal. Masing-masing brand menawarkan pesona dan keunikan tersendiri. Dan aku tambah bingung mau pilih yang mana satu.

Tatkala menelusuri satu per satu koleksinya, aku makin tertarik dengan produk-produk terbaik yang ditawarkan. Tidak heran karena toko ini hanya membolehkan produk yang paling relevan dan menarik yang masuk ke dalam koleksinya. Maka siapapun kita, baik yang memiliki gaya classic, trendy, casual, sporty, elegant, atau glamour sekalipun, The Watch Co memiliki sesuatu yang unik untuk kepribadian kita masing-masing. Kalau aku sendiri suka yang casual untuk dipakai wara-wiri ke sana ke mari. Tapi suka juga dengan yang sporty untuk dipakai kalau sepedaan dan touring jauh. Oh ya aku juga lagi butuh jam tangan yang tahan terhadap cuaca dingin dan perubahan kelembapan. Yang tahan terhadap hujan dan panas untuk aku pakai saat ke pantai atau ke gunung sekalipun.

Pembelian jam tangan di The Watch Co juga memiliki layanan purna jual. Yakni berupa garansi seperti penggantian baterai seumur hidup dan perbaikan pada dua cacat manufaktur. Untuk semua penggantian dan perbaikan yang tercakup dalam garansi ini, cukup membawa jam tangan, faktur asli, dan kartu garansi ke toko-toko The Watch Co yang tersebar di beberapa kota besar di Indonesia seperti di Bali, Bandung, Bekasi, Jakarta, Makasar, Medan, Surabaya, Tangerang, dan Yogyakarta. Sayang di Batam belum ada kayaknya.

Selain itu, toko ini menawarkan pengiriman gratis ke seluruh kota di Indonesia untuk pembelanjaan di atas 1.000.000 rupiah. Kita bisa menikmati layanan pengiriman reguler gratisnya untuk pengiriman 3-5 hari, dan pengiriman kilat 1 – 2 hari.

Tuh kaaan. Keren banget. Sudah ah nggak bakal fikir panjang lagi aku mau beli. Nggak sabar juga buat tampil keren saat traveling dengan jam tangan terbaru dari The Watch. Co.

Setiap orang memiliki cara dan style yang berbeda dalam mengatur waktunya masing-masing. Dan menurut aku, mempunyai jam tangan yang awet, tahan lama, tahan banting yang tentu berkualitas tinggi bukanlah untuk sekedar tampil gaya-gayaan semata. Namun lebih kepada urgensi sehingga benda ini wajib dimiliki.


Akhirul kalam, tiada nasihat yang terbaik dan yang paling baik selain nasihat dari Sang Maha Baik yang mengingatkan kita dengan firman-Nya:

"Demi waktu. Sungguh manusia berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran". QS 103:1-3



18 komentar :

  1. pas nih.. jam tanganku rusak huhuhu.. modelnya pas mb..

    BalasHapus
  2. Browsing ah online nya..secara aku pecinta jam tangan dan tak bisa tanpa benda yg satu ini...karena dialah aku selalu bisa mengatur waktu..

    BalasHapus
  3. Sampai sekarang aku juga masih pake jam tangan, kak. Jam tangan digital yang cukup berkesan, karena dihadiahi mantan :D

    Aku pernah nyaris 2 kali ketinggalan pesawat dalam 1 hari, lalu nyaris lagi ketinggalan beberapa bulan kemudian. Gara-garanya adalah:
    1. Sistem check-in maskapai yang lama
    2. Keasikan duduk-duduk di bandara saat transit
    3. Nunggu temen yang pipis :D

    BalasHapus
  4. Kalau jam tangan saya liat aja deh, belum berani nyoba pakai gegara iritasi di pergelangan tangan..

    BalasHapus
  5. ya ampun, Teh.. ketinggalan pesawat krn ketiduran itu jadi cerita lucu banget yaaa... :D

    BalasHapus
  6. Butuh 10 menit aku baca isi blog ini.. wkwk

    Ya ampunnnn apes banget itu ketinggalan pesawat ama hampir ketinggalan kapal di Phi Phi.. iya sik memang manajemen waktu yg paling penting klo udah traveling.

    BalasHapus
  7. Drama queen hihi, sama atuh... Makanya dengan pakai aroji alias jam tangan kece ini, niscaya semua berjalan lancar Dan Makin keren

    BalasHapus
  8. Jam tangan ini salah satu benda penting yang selalu aku pake kalo keluar rumah. Rasanya ada yang kurang kalo keluar rumah tanpa jam tangan.

    BalasHapus
  9. Gemes banget itu teh yang ketinggalan pesawat karena ketiduran.
    Pasti shock.
    Mana kaki kesemutan.
    Panik ya.

    Bayarnya seharga tiket gk teh ?

    BalasHapus
  10. Keren jam tangannya mbk, pas dan elegan buat cewek

    BalasHapus
  11. Ya Tuhan...teh lina saya gemes bacanya
    hahahaha
    alhamdulillah saya belum pernah ketinggalan pesawat...memang selalu atur waktu jauh hari
    malah saya ga pake jam tangan
    seringnya liat di hp..
    klu di pesawat hp mati..nanya ke orang sebelah
    tapi klu liat orang pake jam tangan keren pengin punya
    tapi pas beli...eh pake beberapa lama suka lupa pake
    mungkin karena ga biasa heehhe

    BalasHapus
  12. Hahaha ketinggalan pesawat, itu sedih hati dan kantong karena pasti harus beli tiket lagi. Kalaupun dapat pengembalian tiket hanya 25 persen. Saya sih Alhamdulillah gak pernah ketinggalan pesawat, tapi my hubby beberapa kali mengalaminya... ya begitulah. BTW da lama juga aku gak pakai jam setelah jam legendaris QQ yang sudah aku miliki sejak tahun 2000 lalu, tewas dan tidak bisa diperbaiki... Lagi dicari penggantinya nih...

    BalasHapus
  13. Duh, saya ini tipe orang yang malas banget pakai jam tangan, seumur hidup baru 4 punya jam tangan, dan itu kalo sudah habis baterai, gak dipakai lagi.. Haha

    BalasHapus
  14. harganya tajir juga yak, taoi mungkin sesuai kualitasnya

    BalasHapus
  15. Time is waktu. Dalam Islam, waktu bagaikan pedang. Kalo kita bisa mengelolanya akan sangat luar biasa, tapi kalau tidak bisa akan ketinggalan pesawat

    BalasHapus
  16. Ahaiiikk..konyol jg ya ketiduran di ruang tunggu. Btw, ntah knp sy smpe skrg g betah pake jam tangan.

    BalasHapus
  17. Aku sering tuh make jam tangan... bahkan bukan cuma pas travelling doang, kadang lucu ketika lupa kalau gak make jam tangan, tapi udah kayak orang pake jam tangan (ngelihat jam) 😂

    BalasHapus
  18. Aku, kalo jejalan suka ga bawak.jam. biar ga ingat waktu, hahaha. Apalagi belanja..

    BalasHapus

Halaman ini dimoderasi untuk mengurangi spam yang masuk. Terima kasih sudah meninggalkan komen di sini.

Made with by Lina W. Sasmita