Tulisan ini disalin dari Blog Multiply yang sudah ditutup.
Hari itu Saya bekerja seperti biasa. Sekitar jam 10-an Manager HRD
memanggil Saya ke ruangan Lobby perusahaan. Heran campur bingung, Saya
bertanya-tanya sendiri dalam hati, cemas takut ada apa-apa.Mungkin saja
punya dosa yang nggak terasa. Setibanya di lobby ternyata sudah banyak
orang yang bernasib sama dengan Saya. Mereka antri menunggu giliran
dipanggil.
Dari Lobby, Saya dipersilahkan masuk ke ruangan
training di sebelahnya yang saat itu mendadak disulap jadi ruang
interogasi. 5 orang polisi berbaju preman sedang memperlihatkan rekaman
CCTV kepada seorang teknisi maintenance sebut saja JS. Ia dicecar dengan
berbagai pertanyaan sehingga ia terlihat gugup.
Di rekaman
tersebut terlihat seorang teknisi lainnya sebut saja HJ yang datang ke
ruangan maintenance. Sambil berlalu tangannya mengambil sesuatu dari
meja. Beberapa detik kemudian datanglah JS ke ruangan tersebut. Mereka
berdua duduk dan terlibat percakapan.
"Apa yang kau bicarakan
dengan dia?" Gertak polisi kepada JS. Entah apa Jawaban JS, karena
perhatian saya telah kacau ketika polisi lainnya bertanya kepada saya.
"Bu, kata HJ memory cardnya sudah diserahkan sama Ibu, benar nggak?"
Dugg...jantung saya serasa mau copot. Tega sekali si HJ memfitnah saya
seperti itu. Apa gerangan yang membuat ia setega itu? dan sungguh
teganya...teganya...teganya...ohh...pada diriku. Ya ampun malah nyanyi
dangdut. Lanjuuut!
Sejak Pukul 20.00 tanggal 22 Maret 2012 memory card mesin checker telah hilang. Tidak tanggung-tanggung hilangnya 1 kotak berisi 5 unit memory card. Dan sialnya seluruh data mesin checker perusahaan ada di situ semua. Ratusan program tersimpan di dalamnya.
Entah
kemanaa.. dimana, dimana? Yaah dangdut lagi deh! karena semua teknisi
maintenance yang mempunyai tanggung jawab terhadap penyimpanan dan
pemakaian memory card merasa tidak tahu. Alhasil kami sebagai orang produksi yang membutuhkan mesin checker demi jalannya produksi jadi kelimpungan dan bingung harus bagaimana menghadapi situasi seperti itu.
Setiap harinya ada saja permohonan untuk setting ganti model sedangkan memory card sangat diperlukan untuk merubah data mesin checker dari model satu ke model lainnya. Tanpa itu line-line produksi dipastikan stop. Bahkan telah berhari-hari pergantian model tidak dilakukan dikarenakan memory card tidak jua ditemukan.
Entah
berapa kerugian yang harus ditanggung perusahaan dikarenakan kehilangan
alat tersebut. Karena untuk fisik memory card sendiri sudah senilai
27.500.000 rupiah. Belum dihitung kerugian akibat line produksi tidak jalan. Berapa puluh model produk yang terhenti produksinya, serta karyawan yang menganggur akibat line stop.
Setelah menginvestigasi dan meyakini bahwa memory card
telah dicuri, 1 bulan kemudian managemen perusahaan melaporkan
kehilangan tersebut ke pihak yang berwajib. Sehingga pada hari itu pihak
kepolisian menginterogasi beberapa orang yang berhubungan dengan memory card termasuk Saya.
Demi kepentingan penyelidikan, Saya, JS, HJ,dua orang teknisi lainnya, dan seorang Line Leader bernama
Erni dibawa ke kantor polisi untuk dimintai keterangan. Saya fikir kami
akan dihantar ke kantor Polsek Tanjung Uncang yang hanya berjarak
sekitar 50 meter saja dari perusahaan, tapi ternyata tidak
tanggung-tanggung kami dibawanya ke Poltabes Barelang. Wuaahh...kasus
jadi membesar begini deh.
Saya dan 4 orang karyawan lainnya dihantar oleh driver
mobil perusahaan, sedangkan HJ dinaikkan ke mobil polisi dan dikawal
oleh 4 orang polisi berpakaian preman. Mobil kami melaju beriringan ke
arah Poltabes Barelang Kota Batam.
Setibanya di Poltabes,
ternyata mobil polisi yang berada di belakang kami tak kunjung datang.
Akhirnya kami berenam termasuk driver perusahaan hanya
terbengong-bengong di sebrang pintu masuk kantor Sat Reskrim, menunggu
Bapak-bapak polisi itu datang.
Lama menunggu, dan hampir mati
gaya. Kami hanya mengobrol, bercanda, berandai-andai, berfoto-foto,
update status, dan memperhatikan para polisi hilir mudik. Cuci mata!
Waah...di Poltabes Barelang ternyata ada juga polisi ganteng melebihi
Saiful Bahri yang mendadak tenar itu. Swear
tadinya mau minta foto niat pamer mana tahu dia juga bisa semujur
Saiful Bahri masuk TV. Tapi ternyata Saya masih sadar sama si ganteng
satunya lagi si penghuni rumah, takutnya dia cemburu. Pletokk... Serasa
dilempar sendal hehe...
Satu jam kemudian bapak-bapak polisi
datang. Dari obrolan Polisi yang kami dengar ternyata mereka mampir
terlebih dahulu ke rumah HJ. Menggeledah rumahnya namun tidak ditemukan
barang bukti.
Mereka lalu memanggil kami ke ruangan Sat Reskrim.
Para penyidik polisi saling bergantian bertanya tentang kronologis
kejadian sesuai rekaman CCTV.
Tersangka utama hanya satu orang
yaitu HJ. Namun karena pada malam kejadian itu JS juga bersamanya, dia
ikut dicurigai dan dianggap sekongkol oleh polisi.
"Lalu Kau
kemanakan memory card itu? Kau jual ya? Kau kasih kawanmu? Ada kawanmu
di perusahaan lain yang butuh barang itu? Buat apa kau ambil memory card
itu? Apa tujuanmu mengambil barang itu?" berjam-jam HJ dicecar berbagai
pertanyaan penyidik polisi. Saling bergantian. Dibentak dan dimaki.
Namun para penyidik masih baik hati, tak ada yang memukulnya, hanya
sedikit menakut-nakuti dengan menganyun-ayunkan tinju ke arah perutnya.
HJ tidak bergeming. Ia diam saja. Adapun ucapan yang keluar dari mulutnya hanya kata
"Tak Ada", "lupa Pak", "Lupa".
"Lupa..lupa..macam
Nunun Nurbaeti saja kaujawab lupa." Kata penyidik polisi. Hehe... Saya
tidak dapat menahan tawa mendengar pak polisi berkata seperti itu.
Entah apa sebabnya lagi, seperti waktu masih di perusahaan tadi, HJ bilang lagi kepada polisi kalau memory card telah ia serahkan kepada Saya dan disimpan di ruang kerja Saya di Gedung dua.
"Pak, malam itu kami dari gedung dua tidak ada request apa-apa sama dia, yang request
itu orang-orang gedung satu. Boleh cek, tanya, seluruh gedung jadi
saksi, ratusan orang, dia tidak ada masuk sama sekali ke gedung kami.
Dia semalaman tidur. Boleh cek CCTV juga, ada nggak dia datang ke gedung
kami." Aku jadi emosi. Dia saja tega menuduhku seperti itu. Maka Aku
pun tanpa sungkan menerangkan sejujurnya bahwa dia memang tidur
semalaman. Bukannya kerja.
Dia menuduhku memegang memory card itu. Tuduhan palsu dan tidak beralasan sama sekali. Mendengar itu polisi semakin geram.
"Sudahlah
Kau ngaku sajalah Kau, tuh satu gedung jadi saksi, mau menyangkal
apalagi kau? Geram kali Aku nengok Kau ini!" Kata Penyidik sambil
mengepal-ngepalkan tangannya.
Karena pada beberapa jawabannya
nampak berbohong, Pak Kanit Reskrim menjadi marah lalu membenturkan
kepalanya ke belakang. Beliau membentaknya
"Anj*ng Kau!" Katanya
sambil menganyunkan kaki ke arah HJ. Menyaksikan adegan itu Fikiran Saya
melayang teringat suatu peristiwa ketika Saya sedang mengobrol dengan
seorang teknisi miantenance lainnya berinisial GN, saat itu HJ yang
duduk di depan kami tiba-tiba saja memaki Saya "Anj*ng Kau Lina, T*i
Kau" Katanya. Saya terhenyak kaget namun Saya sadar apa gunanya bicara
dengan orang g*blok seperti dia. Saya cuma membalasnya dengan berkata
"manusia
itu adalah apa yang diucapkannya. Kau bilang t*i berarti otak Kau itu
isinya hanya t*i." Jawabku sambil berlalu pergi. Dalam hati perih dan
pedih. Apa salah Saya, nggak ada angin nggak ada hujan tiba-tiba dia
memaki Saya seperti itu. Air mata tak tertahankan meleleh tanpa
diundang. Saya menangis. *Episode sedih guling-guling*
Dan
rupanya Allah tidak lupa, di depan mata kepala Saya sendiri dia
dimaki-maki dianj*ng-anj*ng oleh polisi. Ada rasa senang namun campur
kasihan. Saya teringat lagi, begitu banyak anak-anak buah Saya yang
telah menjadi korban mulutnya yang ember.
"B*bi Kau, bilang sama
atasanmu sana, Aku nggak takut". HJ pernah memaki seorang operator
dengan kata-kata kasar seperti itu. Padahal si operator tadi cuma
menyerahkan selembar kertas request untuk setting mesin checker.
Beberapa
saat kemudian datanglah dua orang lelaki yang langsung duduk dan
dihadapkan dengan HJ. Rupanya dia temannya dan Aku pesimis, yah alamat
cepat-cepat keluar nih soalnya Pak Kanit langsung mengenali Orang
tersebut. Katanya dia adalah anak dari salah seorang anggota Dewan di
Batam. Kebetulan satu marga sama HJ.
Saat itu mungkin setelah
kedatangan kawannya tersebut HJ berubah fikiran. Ia bilang ke polisi
bahwa memory card itu ada dia simpan. Disimpan di atas rak-rak die set (besi-besi mesin stamping) di ruang maintenance. Maka polisi pun segera bergerak ke lokasi disembunyikannya memory card.
Akhirnya
Saya bernafas lega lepaslah tuduhan dia atas Saya. Kini HJ sedang
menunggu sidang keputusan pengadilan. sudah hampir 2 bulan mendekap di
rutan polisi. Rasanya susah bagi siapa pun untuk meringankan hukumannya,
karena bukti-bukti begitu jelas dan saksi-saksi yang memberatkan begitu
banyak.
Beberapa orang yang bersimpati kepadanya, terutama yang
berasal satu daerah dengannya kemudian menjenguknya. Teman-teman bilang
bahwa saat menjenguknya, HJ menangis. Saya jadi ikut sedih juga
bagaimana pun dia adalah kawan satu perusahaan dengan Saya, namun
mungkin itulah episode yang harus dilalui olehnya akibat dari segala
kecerobohan dan kesombongannya sewaktu kerja. Akibat begitu banyak orang
yang hatinya tersakiti karena ucapan dan bahasanya yang tak terkontrol.
Posting Komentar
Halaman ini dimoderasi untuk mengurangi spam yang masuk. Terima kasih sudah meninggalkan komen di sini.