Salah
satu perbedaan paling besar antara pria dengan wanita adalah cara
mereka menghadapi stress. Pria jadi semakin memusatkan perhatian dan
menarik diri, sementara wanita semakin bingung dan terlibat secara
emosional.
Pada saat-saat seperti ini, kebutuhan pria akan rasa nyaman
berbeda dengan kebutuhan wanita. Pria akan merasa lebih baik dengan memecahkan persoalan, sementara wanita akan merasa lebih baik dengan membicarakan
persoalan-persoalan itu. Tidak memahami dan menerima
perbedaan-perbedaan ini akan menciptakan gesekan yang tidak perlu dalam
hubungan–hubungan kita.
|
Dalam
bukunya yang laris manis "Men are from Mars Women are from Venus" John
Gray memberikan gambaran yang jelas tentang sisi-sisi yang harus
disikapi jika pria dan wanita dalam keadaan marah atau stress.
Bila sedang marah penduduk Mars (Kaum Adam) tidak pernah membicarakan apa yang merisaukan hatinya. Ia tak pernah membebani rekannya dengan
masalah-masalahnya, kecuali jika bantuan sahabatnya itu diperlukan
untuk menyelesaikan masalah tersebut. Sebagai gantinya, ia jadi sangat
pendiam dan pergi ke gua pribadinya untuk merenungkan masalahnya,
mengunyahnya terus-menerus untuk mencari penyelesaian. Setelah menemukan
penyelesaian, ia merasa jauh lebih enak dan keluar dari guanya.
Bila mengalami ketegangan,
pria akan menarik diri ke gua pikirannya dan memusatkan perhatiannya
untuk memecahkan persoalan. Biasanya ia akan memilih persoalan yang
paling mendesak atau yang paling sulit. Perhatiannya jadi begitu
terpusat pada pemecahan masalah itu, sehingga untuk sementara ia
kehilangan kesadarannya tentang hal-hal lain. Masalah-masalah dan
tanggung jawab lainnya surut ke latar belakang.
Pada
saat-saat demikian, ia jadi semakin menjauh, pelupa, tidak tanggap, dan
terkungkung dalam hubungan-hubungannya. Misalnya ketika bercakap-cakap
dengan dia di rumah, tampaknya hanya 5% pikirannya tersedia untuk hubungan tersebut, sementara yang 95% masih terpusat pada persoalan.
Kesadaran
penuhnya tidak hadir karena ia sedang mencerna kesulitannya, berharap
bisa menemukan penyelesaian. Semakin tegang, semakin tercekam ia oleh
kesulitan itu. Pada saat-saat semacam itu, ia tak sanggup memberi
perhatian dan perasaan yang biasanya diterima oleh si wanita dan tentu
saja layak baginya. Pikiran pria itu penuh sesak, dan ia tak berdaya
untuk melepaskannya. Namun setelah menemukan penyelesaian, dengan segera
ia merasa jauh lebih baik. Ia akan muncul dari guanya, dan tiba-tiba
bisa menjalin hubungan lagi.
Jika
tak dapat menemukan pemecahan, pria itu akan terkungkung di guanya. Ia
melakukan hal-hal kecil untuk melupakan kesulitan-kesulitannya, misalnya
membaca surat
kabar, menonton televisi, mengemudi mobil, berolahraga, menonton
pertandingan bola, bermain basket, dan seterusnya.
Dengan melepaskan
pikiran dari masalah-masalah hari itu, lambat laun ia dapat
beristirahat. Bila ketegangannya sangat besar, ia perlu melakukan
sesuatu yang lebih menantang, seperti balap mobil, ikut pertandingan,
atau mendaki gunung. (Nah lho...yang naik gunung kesebut juga tuh!!! hati-hati bukan lagi marah atau stress kan?) Hari berikutnya ia dapat mrngarahkan kembali pusat perhatiannya kepada masalahnya dengan lebih berhasil.
Yah
begitulah kata Abang John, Makasih ya, jadi tau gimana harus
menyikapi kaum Bapak kalau lagi marah atau stress. Hehehe....
Posting Komentar
Halaman ini dimoderasi untuk mengurangi spam yang masuk. Terima kasih sudah meninggalkan komen di sini.