File MP for everyone |
Pelatihan Menulis Sehari
Hari Minggu, 7 Mei 2006 kemarin FLP Kepulauan Riau sukses menggelar acara pelatihan menulis di Wisma Batamindo Muka Kuning Batam. Peserta pelatihan dibatasi hanya 200 orang saja mengingat kapasitas ruangan yang terbatas. Padahal sampai pada hari H nya masih banyak yang ngantri daftar. Dengan memasang wajah sedih Saya dan rekan-rekan FLP pun terpaksa bilang "Maaf Mba, Maaf Mas sudah tidak bisa lagi".
Hari Minggu, 7 Mei 2006 kemarin FLP Kepulauan Riau sukses menggelar acara pelatihan menulis di Wisma Batamindo Muka Kuning Batam. Peserta pelatihan dibatasi hanya 200 orang saja mengingat kapasitas ruangan yang terbatas. Padahal sampai pada hari H nya masih banyak yang ngantri daftar. Dengan memasang wajah sedih Saya dan rekan-rekan FLP pun terpaksa bilang "Maaf Mba, Maaf Mas sudah tidak bisa lagi".
Acara
pelatihan ini Insya Allah akan digelar secara
berkelanjutan oleh FLP Kepri sebagai bentuk tanggung jawab sosial yang
diemban
organisasi ini dalam rangka mencerdaskan kehidupan masyarakat.
Setidaknya
itulah yang sempat terfikir oleh saya selaku salah satu Pengurus Wilayah
FLP
Kepri.
Mungkin ada hal lain yang lebih mulia lagi yang diemban oleh Mba
Nurul F Huda selaku Ketua umum FLP Kepri serta teman-teman pengurus FLP
lainnya. Namun untuk saya sendiri, gabung ke FLP adalah sebuah anugerah.
Betapa tidak karenanya saya berubah. Karenanya saya mendapatkan banyak
ilmu, hikmah, dan daya ubah. Ya saya berubah. Tanpa merasa digurui atau
dicekoki. Terima kasih Mba Helvi, Mba Asma, dan Uni Mutmainnah. Semoga
kehadiran FLP di dunia menjadikan barakah bagi semua. Khususnya bagi
bangsa Indonesia yang sedang terpuruk.
Semoga saja kehadiran FLP bisa
menjadikan bangsa yang sedang sakit ini menjadi bangsa yang cerdas. Ya
cerdas karena banyak membaca, cerdas karena banyak mendengar, melihat,
mengamati dan tentu saja Me...nu..lis.
Apa sih hubungannya gemar menulis dengan kecerdasan? Ya ini mah sekedar pendapat saya aja sih. Tentu saja gemar menulis dengan kecerdasan ada kaitannya. Seorang penulis, seperti yang dituturkan oleh Mba Nurul, ia akan menggunakan kedalaman hati dalam menulis. Dengan kata lain ia tentu saja tidak sembarangan menulis. Perlu pemahaman yang mendalam tentang alam sekitar, tentang lingkungan, tentang masyarakat, dan tentang apapun yang akan dia tulis. Ya, dalam menulis tentu saja perlu kedalaman pemahaman. Sehingga wajar saja para penulis itu rata-rata cerdas.
Apa
sih resep jitu untuk menulis? Gampang saja pakailah
rumus 3M. Sekilas mirip tips dari Aa Gym ya atau mungkin mirip iklan
pemberantasan sarang nyamuk DBD). Tapi 3M ini tentu saja bukan keduanya,
3M yang dimaksud di
sini adalah tiada lain tiada bukan kecuali Menulis, Menulis, dan
Menulis.
Ya
menulislah terus. Itupun yang pernah dipraktekkan oleh Joni Ariadinata.
Seorang
Joni, menulis 600 buah cerpen yang kemudian dikirimkan secara
terus-menerus ke
Kompas namun semuanya ditolak. Baru pada cerpen yang ke-601 cerpennya
dimuat.
Sekaligus menjadi yang terbaik dalam Antologi Cerpen Kompas saat itu.
Kalau saja kita, mungkin baru
2 atau 5 cerpen yang ditolak alamat nggak bakalan lagi menulis alias
kapok bin
jera saudaranya malas bin jemu serta frustasi dan sepupu-sepupu lainnya.
Resep selanjutnya,
tentu saja MEMBACA. Membaca akan terus menambah wawasan sekaligus mengasah
ketajaman berfikir. Menambah kosa kata, dan memperkaya cakrawala pandangan
kita. Dengan membaca ternyata membuat segalanya akan menjadi mudah bagi kita.
Resep
Lainnya, banyaklah jalan-jalan melihat keragaman kehidupan. Naik gunung,
berlayar, tamasya ke tempat rekreasi, bersilaturahmi dengan teman-teman di luar
daerah, atau kemana saja tempat yang ingin kamu kunjungi. Dan tentu saja harus
menulis. Tulislah apa yang kamu lihat, kamu dengar, dan kamu rasakan.
Tulislah
dengan kedalaman hati. Tulislah dengan kedalaman berfikir. Ya mulailah menulis.
banyak-banyaklah berteman dari kalangan manapun. Dan terakhir banyak-banyaklah
menulis. Ya menulis lagi-menulis lagi.
Mungkin
selalu itu yang selalu dipesankan oleh penulis-penulis senior kita. Mba Helvi
Tiana Rosa, Mba Asma Nadia, Teh Pipiet Senja, bahkan Alm. Pramudya Ananta
Toer.
Ya
gara-gara pelatihan ini pun saya jadi semangat sekali untuk menulis.
Begitu banyak peristiwa-peristiwa dulu yang masih terkenang yang belum
sempat saya tulis. Masih banyak sekali cerita seru yang belum tertulis.
Gunung, Laut, Desa, Kota, teman, keluarga, dan lainnya satu per satu
bermunculan menjadi ide. Begitu banyak ide. Tapi penaku cuman satu.
Waktuku hanya sisa-sisa. Sisa kerja, sisa overtime, sisa tidur, dan sisa
malas.
Memang,
menulis tidak mudah. Dibutuhkan komitmen dan harus konsisten. Janji
sama diri sendiri tentu saja harus ditepati. Yap... Lina!! mulailah
menulis. Menulis. Dan Menulis.
Posting Komentar
Halaman ini dimoderasi untuk mengurangi spam yang masuk. Terima kasih sudah meninggalkan komen di sini.