Catatan Tentang Seorang Kawan Bernama Lastri

Tulisan ini adalah salinan dari tulisan sebelumnya yang pernah ditayangkan di blog Multiply.


Sebenarnya sudah lama sekali ingin menulis tentang cewek yang satu ini. Seorang teman jalan yang cukup mengasyikan, walau terkadang agak-agak cerewet, Saya anggap itu hal wajar bagi seorang perempuan. Dan lagi sebatas tingkat kecerewetannya bisa ditolerir, saya menganggap itu bumbu dalam perjalanan, Lha wong Saya juga tak kalah bawelnya dibanding dia kok.

Karena usianya terpaut 2 tahun di bawah saya, jadilah saya menganggap dia sebagai adik kandung sendiri. Se-sebel-sebelnya saya sama dia masih juga ada kangennya, terus pengen ketemuan deh. Yah…hubungan apalagi coba kalau bukan berasa seperti sama saudara. Kalau dekat berantem kalau jauh kangen-kangenan. 

Perkenalan saya dengannya bermula di sebuah base camp sebuah klub Pecinta Alam di Muka Kuning - Batam yang bernama Cumfire. Awalnya saya yang merasa senior tentu rada jaim karena tidak seangkatan. Namun lama-kelamaan si jaim itu cair sendiri karena seringnya kami bertemu.

Tubuh Lastri tinggi besar, lebih terkesan maskulin daripada feminim. Ditambah lagi dengan dandanannya yang tomboy dan super cuek. Kalau ketemu teman-teman cowok di base camp, habislah dia kena cercaan, celaan dan ledekkan. Namun dengan santainya dia selalu membalasnya dengan “smart”. Walhasil ledekan para cowok iseng itu malah berbalik ke mereka. Naah… rasain loe ya, wani-wani! Dari situ saya mulai dekat dengannya. Menurut saya dia melambangkan perlawanan gender karena bisa-bisanya mengalahkan ledek-ledekkan kaum laki-laki.

Suatu saat di Bulan Maret 2004 tepat 5 tahun Saya di Batam, Saya ingin merayakannya dengan cara Saya sendiri. Sesuatu pengalaman yang akan Saya kenang terus sepanjang zaman. Halah lebay! Setelah difikir dibolak-balik maka setelah meyakinkan diri sendiri Saya memutuskan merayakannya dengan cara mendaki gunung. Saat itu sempat bingung akankah pergi sendiri atau ngajak teman. Tapi siapa?

Bermalam-malam Saya sempat suntuk mikirin siapa partner jalan saya. Dan “Ting” ide itu tiba-tiba muncul. Lalu mengalirlah rayuan saya kepada Lastri. Alhasil dia mengiyakan. Horeee. Simpel saja. Rayuannya begini : “Las, kamu kan orang Jawa tapi belum pernah menginjakkan kaki di Pulau Jawa kan?” Wah rayuan jitu. Secara Lastri berasal dari Kisaran Sumatera Utara, lahir dan besar di sana, belum pernah sekali pun menginjakkan kaki di Pulau Jawa.

Tanpa Ba..Bi..Bu.. lagi setelah 2 minggu persiapan, kami berangkat. Tak dibayangkan betapa berbunga-bunga dan menggebu-gebunya semangat kami saat itu.Waahhhh… serasa melayang di udara. Hehe..memang benar-benar melayang kok karena pas saat itu kami sedang dalam penerbangan dari Batam menuju Jakarta. Kirain! Saat itu saya dan Lastri gabung bersama teman-teman Milis Highcamp dalam pendakian ke Gunung Ciremai di Cirebon . Titik ketemuan kita di terminal Lebak Bulus. Kami ber-8 orang sebagian besar teman-teman dari Jakarta seperti Bang Hendri dan Bang Harley cs. Sebagian lagi nyusul malam karena masih pada bekerja.

“Las….kita harus menyebar ya, jangan sebangku mulu neh. Di taksi sebangku, di pesawat sebangku, masa di bis mau sebangku lagi”. Kata saya sama Lastri ketika kita memasuki bis jurusan Jakarta-Cirebon. Lastri yang tadinya mau duduk sebelah saya jadi nggak jadi deh. “Halah Si Teteh bilang aja mau ngelaba” . Gerutunya sambil manyun. “Weeee emang betul”. Kata saya nggak mau kalah. Secara kebetulan duduklah saya di samping cowok yang tadi sempat dikenal-kenalin oleh Bang Hendri. Si cowok itu pun tadi udah ngajak salaman. Sambil melirik dikit (karena mau duduk di sampingnya) Saya melempar senyum padanya. Deg..deg… serrr…deuhhh….jadi salting gitu deh rasanya.

Jadilah sepanjang perjalanan kami ngobrol ngalor-ngidul. Kalau Si Lina mah jangan ditanya. Wah kayak radio butut kalau udah ngobrol nggak ada hentinya. Kasihan juga Si cowok ganteng yang duduk di sebelah itu. Pasti kupingnya panas.

Pendakian ke Gunung Ciremai kami tempuh lewat jalur Desa Apuy Kabupaten Majalengka. Sedangkan turunnya lewat Jalur Linggar Jati Kuningan. Ampun ampun deh jalur Linggar jati emang panjaaaang dan lamaaaa sehingga kami harus extend satu hari di jalur itu.

Pendakian gunung kali ini emang benar-benar bikin saya dan Lastri refresh. Apalagi bagi Lastri yang baru menginjakkan kaki di tanah leluhurnya yakni Pulau Jawa dan langsung dihadiahi naik gunung Ciremai. Walau memang capek dan bikin gempor dia terlihat begitu senang dan membaur dengan pendaki lainnya. Syukurlah saya jadi tidak khawatir meninggalkan dia jauh-jauh di jalur. Sedangkan Saya ngacir paling duluan diantara rombongan diikuti Si cowok ganteng yang duduk sampingan di bis itu. Ciyeee pedekate neh.

Lhaaa….emang udah di set dari sononya kali ya, sepanjang pendakian pun habislah Lastri kena celaan sama ledekkan sesama temen pendaki. Apalagi Bang Harley sampe pulangnya minta maaf katanya banyak nyelain Lastri mulu. Nggak di Batam nggak dimana kena terus dicelain tuh si Lastri.

Sepulangnya dari pendakian kami menginap semalam di Jakarta di rumah Wiwi salah satu anak highcamp. Esoknya jam 02 siang berangkat ke Bandara Cengkareng. Wuaaaa….Jakarta macet cettt….bis yang kami tumpangi terhalang sebuah truk yang menumpahkan muatan kayu di jalan. Saat itu sudah jam 3.30 sementara pesawat berangkat jam 04 sore. Wadaw telat check in nih. Jam 04 teng kami baru sampai di Bandara. Herannya pesawat pas hari itu on time banget. Jadi begitu kami sampai dianya sudah take off. Tanya sana tanya sini tak ada lagi pesawat ke Batam sore itu. Hadeeuuhh sedap deh. Mana esoknya kami sudah harus kerja lagi.

Akhirnya Saya dan Lastri jadi gembel di Bandara. Bengong bingung mau ngapa- ngapain. Cuma bisa lihatin orang–orang yang hilir mudik. “Lumayan juga nongkrong di sini ya Teh, ternyata cowok di Jakarta ganteng-ganteng ya beda sama cowok Batam”. Kata Lastri. Ya ampyun ini mah malah ngecengein cowok-cowok. Tapi dilihat-lihat iya juga ya. Saya pun jadi ikut merhatiin orang-orang itu.

Akhirnya karena bingung mau ngapain, Aku nelpon Bang Simon salah satu teman saat mendaki Ciremay. 1,5 jam kemudian kami dijemput Bang Simon dan Bang Harley untuk balik menginap lagi di rumah Wiwi. “Lastri ini, bilang saja masih kangen sama kita masih pengen ketemu terus kita kan?” Kata Bang Harley. Haha…sudah bener-bener ketinggalan pesawat waduh masih juga harus menderita diledekkin, jadi siap-siap nahan malu neh.


Bersambung….

Posting Komentar

Halaman ini dimoderasi untuk mengurangi spam yang masuk. Terima kasih sudah meninggalkan komen di sini.

Made with by Lina W. Sasmita